Jelas dari kunjungannya dan Menlu-nya, Hillary Clinton, ke Asia Timur, AS ingin menunjukkan betapa pentingnya kawasan Asia Timur bagi AS dan bahwa AS berkeinginan untuk kembali aktif di kawasan penting ini setelah tertinggal selama pemerintahan Presiden Bush yang terlalu mementingkan perang melawan terorisme.
Secara khusus, AS berkeinginan untuk aktif lagi di kawasan Asia Tenggara dan meningkatkan hubungannya dengan ASEAN. Untuk itu, AS aktif dalam usaha membangun Sungai Mekong bersama dengan negara-negara ASEAN yang tersangkut, mengirim seorang Duta Besar Khusus untuk ASEAN, mengadakan KTT dengan ASEAN (dengan dihadiri oleh Myanmar), mengubah sikapnya untuk mengasingkan Myanmar, bersedia mengambil bagian dalam lembaga-lembaga regional, seperti EAS, dan berjanji akan lebih aktif dalam APEC.
Bagaimana semua ini akan dilakukan selama perang di Irak dan Afganistan masih berlangsung di bawah pimpinan AS, masih menjadi pertanyaan besar. Sebab, bagaimanapun perhatian tetap harus diberikan pada perang dan karena itu pula keuangan yang diperlukan untuk kegiatan lain menjadi terbatas. Sementara itu, hambatan besar yang harus dihadapi Presiden Obama adalah tantangan dalam negeri sendiri, di mana masalah-masalah krisis keuangan dan ekonomi belum sepenuhnya dapat diatasi. Adapun usaha-usahanya, seperti dalam bidang pelayanan kesehatan yang begitu diperlukan oleh 50 juta rakyat Amerika Serikat, masih terhambat di Kongres AS.
Karena itu, bantuan yang dapat diharapkan dari AS masih terbatas, terutama hanya dari sektor swastanya meskipun mereka masih mengalami kesulitan untuk dapat melakukan investasi. Padahal, mereka mengakui bahwa kehadiran ekonominya di kawasan Asia Timur-lah yang akan merupakan jaminan kehadiran permanen AS di kawasan.
Kehadiran strategisnya memang masih merupakan andalan kehadiran AS di Asia Timur karena kehadiran tersebut menjamin kestabilan dan perdamaian kawasan. Hal ini diterima oleh hampir setiap negara di kawasan.
Jadi, kerja sama yang perlu kita tempa dengan AS sebaiknya juga memperhitungkan keterbatasan AS di satu pihak dan kebutuhan kita untuk mempertahankan kehadiran strategisnya itu di Asia Timur di lain pihak.
Di antara kedua batas ini banyak yang bisa kita lakukan bersama, dan karena itu pula perjanjian yang mau ditandatangani kedua presiden dinamakan Kemitraan Komprehensif yang meliputi sejumlah bidang kerja sama, yang bersama-sama merupakan suatu anyaman yang mempererat hubungan dan kerja sama untuk masa mendatang. Perjanjian itu akan bersifat lebih seimbang karena kita pun akan melaksanakan apa yang dapat kita lakukan untuk Amerika Serikat, dan tidak hanya sepihak menerima dari mereka seperti yang terjadi sampai kini. Kita ingin membangun kerja sama seimbang itu setapak demi setapak, yang akan terus meningkat hingga menjadi suatu anyaman yang kuat dan berarti bagi kedua belah pihak.
Kerja sama di bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan akan menjadi perhatian utama. Dan, bidang ini jelas sangat strategis bagi Indonesia untuk dapat membangun masa depannya sebagai negara berkembang yang besar. Kerja sama politik melalui dialog yang berkala
Malahan kerja sama ini harus dilihat mempunyai arti strategis bagi hubungan Indonesia-Amerika Serikat. Kerja sama dalam bidang perdagangan harus terus dibangun dengan memerhatikan pentingnya prinsip-prinsip keterbukaan yang adil bagi kedua pihak, artinya menguntungkankedua belah pihak. Dan harus dicegah bahwa satu pihak saja yang dirugikan. Kerja sama di bidang militer perlu ditekankan pada peran sentral TNI di bidang pertahanan terhadap ancaman dari luar, termasuk di bidang pelatihan dan pendidikan mereka.
Semoga kunjungan Presiden Obama, yang bisa dianggap paling dekat secara pribadi dengan bangsa Indonesia, dapat meletakkan hubungan yang seerat-eratnya untuk masa depan hubungan Indonesia-Amerika Serikat.
Presiden Obama, selamat datang kembali ke Indonesia!