08 Desember 2009

» Home » Suara Merdeka » MCK Umum demi Kebersihan

MCK Umum demi Kebersihan

DEMAK merupakan salah satu kabupaten di Jateng yang rawan banjir. Ada beberapa pemicu bencana yang kerap terjadi pada musim hujan ini.

Antara lain sejumlah sungai belum dinormalisasi. Sungai tersebut antara lain di wilayah Kecamatan Mranggen, Karangawen, Bonang, Guntur, dan Dempet. (SM, 17/11).


Banjir juga disebabkan sedimentasi sungai yang cukup tinggi dan tanggul rawan jebol. Setidaknya ada 17 tangul rawan jebol menurut data Dinas Pengelola Sumber Daya Air (PSDA). Tahun lalu banjir menerjang beberapa daerah akibat tanggul jebol.

Bahkan awal tahun ini salah satu desa di Kecamatan Karang Tengah menerima luapan Sungai Tuntang yang airnya dari hulu sungai di wilayah Salatiga dan Ungaran akibat hujan deras. 

Hasil analisis tim peneliti Unissula, tingkat sedimentasi sungai di kabupaten ini cukup tinggi, yaitu 5.96 x 106 m3 tiap tahun.

Volume ini diperoleh dengan menggunakan program genesis di Pantai Sayung yang laju abrasinya 82,60 m tiap tahun, dan terjadi penggenangan air laut di kawasan tambak seluas 602,8 ha. Jika volume air meningkat maka sungai yang mengalami sedimentasi ini akan meluapkan airnya.

Dulu, sungai dianggap keramat. Masyarakat menganggap mandi di sungai sebagai upaya menyucikan diri dari segala kotoran jasmani ataupun rohani serta untuk menghalau segala kekuatan jahat yang mengancam jiwa raga. (Robby Hidajat: 2006).

Banyak manfaat yang diperoleh dari adanya sungai. Selain sebagai penghubung antardaerah, sungai menjadi rujukan tempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Misalnya  mandi, cuci, kakus (MCK) serta memenuhi hajat hidup lainnya.
Daerah pinggiran sungai pun subur.

Sungai oleh masyarakat  dimanfaatkan untuk irigasi pertanian. Hal itu masih berlaku di  Demak. Sungai mengalirkan air dari waduk untuk irigasi pertanian dan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari kala musim kemarau datang.

Sayangnya, keadaan kali yang sejajar dengan badan jalan Anyeró Panarukan itu tidak ”bersih” lagi. Warna air yang berubah keruh, tumbuh rumput-rumput liar sebab pendangkalan sungai serta terdapat sampah-sampah di tepi sungai memberikan kesan kumuh. Pemandangan ini akan mudah ditemui di sepanjang di jalur  Semarang-Demak-Kudus-Pati-Rembang.
Normalisasi Sungai Realita ini sungguh ironi . Selain memberi kesan negatif, dikhawatirkan muncul dampak negatif jika tak segera ditangani khususnya pascabanjir.

Meskipun masyarakat terbiasa, namun air bah yang keruh dan bercampur dengan berbagai macam zat kimia bisa mengganggu aktivitas warga dan rentan membawa penyakit antara lain diare, kadas, dan kurap.

Memasuki musim penghujan hendaknya segera dilakukan normalisasi terhadap  sungai yang mengalami sedimentasi. tinggi. Yakni dengan membangun sistem perlindungan yang baik termasuk perbaikan tanggul agar tatkala air laut pasang ataupun hujan berturut-turut tidak mengakibatkan banjir.

Usaha pemkab mengajukan anggaran Rp 20 miliar lebih awal dari program gubernur untuk melakukan normalisasi patut diacungi jempol. Tujuannya agar pelaksanaan proyek fisik normalisasi sungai dapat segera direalisasi.

Sayangnya harus menunggu keputusan pemprov mengabulkan atau tidak. Padahal kini Demak dan sekitarnya mulai memasuki musim penghujan yang diprakirakan mulai bulan ini hingga Maret mendatang.

Upaya itu perlu diimbangin dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan lingkungan. Tak hanya meninggikan badan jalan dan bangunan dari sungai tapi juga perlu menjaga kebersihan air, tidak membuang limbah rumah tangga ataupun sampah ke sungai.

Boleh-boleh saja memanfaatkan air sungai untuk keperluan sehari-hari, namun alangkah baiknya bila tidak melakukan aktivitas secara langsung, seperti kegiatan MCK.

 Pasalnya  mandi di tempat terbuka di era globalisasi bisa dianggap kurang etis. Bagaimanpun Demak dikenal sebagai daerah yang tingkat religiositasnya tinggi.

Memang  ada yang memanfaatkan air sungai dengan cara mengalirkannya ke rumah melalui mesin pompa air tapi masih banyak yang belum karena kendala biaya.

Penulis pernah membayangkan, pemkab mau membantu masyarakat membuat tempat mandi dan WC umum serta merencanakan tata letak sungai agar indah dipandang.
Membangun tempat MCK umum akan sangat membantu kehidupan warga.

Selain kebersihan terjamin, masyarakat tak perlu melakukannya tempat terbuka. Tentunya membutuhkan dana besar namun seyogianya dicoba demi tercipta Demak yang bersih, elok, rapi, anggun, maju, aman, serta lestari, seperti slogan Demak Beramal. (10)

— Siti Muslimah, warga Kecamatan Gajah Demak, Direktur Lembaga Pers HMI MPO Tarbiyah IAIN Walisongo
Wacana Suara Merdeka 9 November 2009