Pantai Slamaran dikenal dengan legenda mistisnya berkaitan keberadaan Dewi Lanjar, penguasa Laut Utara, yang punya ’’bank gaib’’ dan siap memberikan pinjaman kepada siapapun
KOTA Pekalongan belum maksimal dalam memberdayakan potensi wisaata alam yang ada. Seharusnya Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan membaca hal ini sebagai peluang untuk menggali sumber pendapatan asli daerah. Hal ini sejalan dengan komitmen Wali Kota Basyir dalam upaya meningkatkan indeks pembangunan manusia ( IPM ) Kota Pekalongan agar masuk dalam kategori tiga besar Jawa Tengah.
Ada tiga potensi riil sumber daya Kota Pekalongan yang belum diupayakan secara maksimal, yaitu sektor perbatikan, perikanan, dan pariwisata. Pember-dayaan ketiga sektor unggulan itu diharapkan mampu membawa Kota Pekalongan menjadi kota yang mandiri, tidak lagi bergantung pada subsidi dari pemerintah. Ketergantungan tersebut dapat dilihat dari total anggaran pembangunan Kota Pekalongan sebesar Rp 825,031 miliar. Anggaran pembangunan ini ditopang pemasukan dari pendapatan asli daerah atau PAD sebesar Rp 38,185 miliar, bantuan pemerintah provinsi Rp 16,33 miliar, dan bantuan pusat dalam bentuk dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp 10,865 miliar.
Salah satu dari tiga sumber daya itu yang bisa menjadi potensi riil adalah sektor pariwisata. Kota Pekalongan memiliki tiga objek wisata yang dikemas dalam paket wisata pantai, yaitu Pantai Pasir Kencana yang di dalamnya termasuk paket wisata ke Museum Bahari dan Pantai Slamaran.
Bisa dikatakan pengunjung tiga objek wisata tersebut masih didominasi wisatawan lokal atau warga Pekalongan sendiri. Padahal jika digali secara optimal, objek ini cukup menjanjikan. Puncak dari kunjungan wisata ini yaitu pada Hari Raya Syawalan dan acara Kliwonan. Memang, ketiga objek wisata tersebut sudah mengalami perkembangan, baik sarana, prasarana, maupun fasilitas, namun belum bisa memunculkan satu ikon wisata yang mampu menggerakkan wisatawan luar Pekalongan datang menikmati deburan ombak pantai Kota Pekalongan.
Sebenarnya, Pantai Slamaran justru lebih dikenal bagi warga luar kota. Hanya saja, dikenalnya karena mempunyai legenda mistis berkaitan dengan keberadaan Dewi Lanjar, yaitu ’’penguasa’’ Laut Utara. Konon, sang Dewi Lanjar juga menyediakan ’’bank gaib’’ siap memberikan pinjaman kepada siapapun yang berminat, dengan membuat perjanjian terlebih dahulu.
Sebagian warga setempat memercayai adanya ’’kerajaan’’ Dewi Lanjar î yang berpintu gerbang di Jembatan Kali Loji ini. Warga yang ingin membuat perjanjian dengan Dewi Lanjar bisa meminta bantuan juru kunci yang ada di Pantai Slamaran.
Dapat Keberuntungan Masih kepercayaan warga setempat, di sekitar Pantai Slamaran banyak dipiara binatang seperti sapi, kerbau, dan kambing semuanya tanpa pejantan namun bisa beranak-pinak. Cerita yang sulit dirunut secara logika ini telanjur melegenda.
Hal mistis lainnya adalah setiap hari Selasa Kliwon atau hari-hari tertentu Dewi Lanjar diyakini oleh sejumlah orang akan menampakkan diri sebagai perempuan cantik dan akan berbelanja di Pasar Banjarsari. Pedagang yang jualannya dibeli, diyakini akan mendapat keberuntungan luar biasa.
Pada jam-jam tertentu, akan dilihat bagaimana banyaknya karyawan dan karyawati perusahaan dari arah ’’kerajaan ’’ Dewi Lanjar tersebut. Mereka diyakini sebagai pekerja di kerajaan mistis tadi. Percaya atau tidak percaya, terserah Anda. Tapi inilah yang sebenarnya bisa menjadi kekuatan wisata Kota Pekalongan. Seperti halnya mitos di Pantai Baron, Yogyakarta, mitos kamar yang dihuni Nyai Roro Kidul di Pantai Pangandaran, atau mitos Nyai Roro Kidul bagi masyarakat Yogyakarta.
Berawal dari mitos ini yang telah melegenda, Dinas Pariwisata bisa menjadikannya sebagai lanskap promosi. Bukannya harus percaya pada hal-hal yang bisa menjerumuskan pada perbuatan syirik, melainkan legenda mempunyai kekuatan yang terkait dengan keingintahuan atau rasa ’’penasaran’’ seseorang untuk mendatangi objek wisata legenda mistis tersebut.
Atau bisa dibuatkan film dokumenternya yang mengisahkan legenda tersebut. Upaya ini, tidak semata-mata menjual hal-hal yang mistis, tetapi juga harus dibarengi dengan penambahan fasilitas, sarana, dan prasarana yang bisa membuat wisatawan lebih kerasan menikmati pesona pantai Kota Pekalongan. (10)
— Sri Murbhihandini, bergiat dalam aktivitas perempuan dan pemerhati wisata
Wacana Suara Merdeka 6 September 2010