16 Mei 2010

» Home » Suara Merdeka » Mengakhiri Terorisme

Mengakhiri Terorisme

SETELAH 16 aktivis Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) diciduk Densus 88 di berbagai tempat, termasuk dari pusatnya di Pejaten Jakarta Selatan karena diduga terlibat pelatihan militer teroris di Aceh, seminggu kemudian pasukan antiteror Polri menembak mati 5 orang yang diduga teroris di Cawang (Jakarta Timur) dan Cikampek (Jawa Barat). Maret lalu Dulmatin ditembak mati di Pamulang, Banten.  

Tewasnya Noordin M Top di Solo pada November 2009, ternyata tidak menjadikan gerakan terorisme di Indonesia lumpuh. Beberapa selnya terus bergerak aktif untuk merekrut anggota. Bahkan ditengarai Dulmatin yang berpengalaman tempur di Afghanistan dan Filipina Selatan sengaja diminta kembali ke Indonesia untuk melatih kader baru guna dipersiapkan untuk perjuangan jangka panjang melawan arogansi negara superpower AS yang berusaha melakukan hegemoni terhadap dunia Islam. 


Mereka berkeyakinan, perang melawan terorisme yang dilancarkan mantan Presiden Bush setelah 11/9, sesungguhnya adalah crusade (perang salib) versi baru dalam perang melawan umat Islam. Maka tidak mengherankan jika sasaran mereka adalah kepentingan asing AS dan anteknya di dunia Islam dan mereka menyebut dirinya bukan teroris melainkan jihadis atau mujahid.

Mereka meyakini perang global melawan AS dan sekutunya adalah bagian dari jihad fi sabilillah  guna menghadapi arogansi AS di dunia, meski perang harus dilancarkan di negara Islam yang aman dan damai seperti Indonesia. Perang global melawan terorisme (global war on terrorism) yang dilancarkan AS disambut mujahid dengan perang jihad global melawan AS dan sekutunya di dunia. 

Salah Arah

Sebagaimana pernah dikatakan amir JAT, ustad Abu Bakar Ba’asyir yang dikenal berpandangan moderat, sebenarnya mereka yang melancarkan jihad melawan AS di Indonesia adalah mujahid yang salah arah, sebab Indonesia negara aman damai. Seharusnya perang global melawan AS dilakukan di negara Islam yang diduduki pasukan AS dan sekutunya atau di negara di mana umat Islam tertindas seperti Afghanistan, Irak, Palestina, Lebanon, Somalia, Yaman, Filipina Selatan, Thailand Selatan dan lain-lain. 

Namun fatwa pendiri Ponpes Al Mukmin Ngruki Sukoharjo tersebut kurang populer di kalangan mujahid. Mereka lebih percaya fatwa pemimpin Al Qaeda Usamah bin Ladin yang juga dianut Hambali yang saat ini ditahan di Guantanamo. Fatwa tersebut dikeluarkan Usamah pada 23 Februari 1998 di Afghanistan yang terkenal dengan nama Al-Jabhah al-Islamiyyah al-Alamiyyah Li Jihad al-Yahud wa al-Salibiyyin (The International Islamic Front for The Struggle Against The Jews and The Crussaders).

Fatwa tersebut mampu membakar semangat para jihadis untuk terus berjihad global melawan AS dan sekutunya, tidak hanya di negara konflik seperti Afghanistan dan Irak. Memang banyak ulama berpendapat perjuangan teroris untuk melawan dominasi AS tersebut bukanlah jihad, sebab dilakukan di negara aman dan damai. Justru jihad semacam itu merugikan citra Islam dan umatnya.   

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana mengakhiri gerakan terorisme yang memercayai ideologi jihad dengan melancarkan perang jihad global melawan AS dan sekutunya? 

Pertama, karena gerakan terorisme di Indonesia tidak mungkin dilepaskan dari global war on terrorism yang dilancarkan AS dan sekutunya pasca 11/9, maka Presiden Obama harus secara resmi mengumumkan berakhirnya perang global melawan terorisme.

Kedua, pengumuman berakhirnya global war on terrorism harus diikuti dengan penarikan mundur pasukan AS dan sekutunya dari Afghanistan dan Irak. Biarlah rakyat kedua negara yang menentukan masa depan negaranya , sebagaimana sering disuarakan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinedjad.

Ketiga, Obama harus secara terbuka meminta maaf kepada 1,7 miliar umat Islam di dunia atas tindakannya selama ini dengan melancarkan global war on terrorism yang dilakukan mantan Presiden Bush. Keempat, jika ketiganya benar-benar dilakukan AS secara tulus ikhlas, saya yakin gerakan perlawanan jihad secara internasional melawan AS dan sekutunya akan terakhir.

Tetapi jika tidak, maka perang jihad global melawan AS dan sekutunya akan semakin berkobar dan tidak mungkin lagi dihentikan. Para mujahid selalu memiliki prinsip isy kariman aw mut syahidan (hidup mulia atau mati syahid).

— Doktor Tjipto Subadi MSi, dosen pendidikan patematika dan pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

 Wacana Suara Merdeka 17 Mei 2010