16 Maret 2010

» Home » Suara Merdeka » Tumbuh Seimbang sampai 2015

Tumbuh Seimbang sampai 2015

MENCIPTAKAN penduduk tumbuh seimbang sampai dengan tahun 2015 perlu mendapat perhatian semua pihak, baik dari sisi pemerintah, swasta, LSM/LSOM maupun kepedulian dari masyarakat.

Pertumbuhan penduduk yang sangat cepat di tengah berbagai persoalan yang dialami bangsa ini, seperti rendahnya kualitas SDM, penyebaran penduduk yang tidak merata, dan tingkat kesejahteraan yang masih rendah, akan menyebabkan kondisi kehidupan masyarakat semakin mengkhawatirkan.


Saat ini, jumlah penduduk Indonesia sudah 237 juta orang, dengan tingkat pertumbuhan sekitar 1,48 % per tahun dan tingkat kelahiran (total fertility rate/TFR) 2,6. BKKBN dan seluruh elemen masyarakat, baik instansi pemerintah, perguruan tinggi,  tokoh masyarakat, tokoh agama, LSM, maupun institusi kemasyarakatan lainnya telah berhasil menekan tingkat kelahiran dari sekitar 5,6 pada awal tahun 1970-an menjadi 2,6 pada 2007.

Sedangkan tingkat pertumbuhan pada 1980-an yang besarannya 2,3 % berhasil ditekan menjadi 1,48 %. Meskipun demikian, di Indonesia saat ini setiap tahun ada 4,2 juta kelahiran baru dan angka ini berarti hampir sama dengan jumlah penduduk Singapura.

Untuk contraseptive prevalence rate (CPR) tahun 2007 secara nasional baru mencapai 61,4%, padahal harapan pemerintah bisa 75%. Hal ini menandakan bahwa masyarakat masih belum menyadari pentingnya perencanaan keluarga melalui program KB.

Masih tingginya tingkat kelahiran dan pertumbuhan penduduk harus mendapat perhatian dari semua pihak, dan dalam kondisi itu peran tokoh agama dan tokoh masyarakat sangat dibutuhkan untuk menyukseskan program keluarga berencana secara nasional.

Sudah terbukti pada masa Orde Baru suksesnya program KB tidak terlepas atas dukungan para ulama mengingat tokoh ulama menjadi panutan. Segala tindak tanduk, seruan, dan imbauannya didengar, bahkan dicontoh masyarakat.
Perlu Dukungan Dukungan dari tokoh masyarakat dan tokoh agama terhadap program KB diwujudkan bukan hanya melalui keputusan dan fatwa melainkan juga melalui pendidikan, penerangan, seminar , lokakarya, dan sosialisasi program KB, termasuk mitra kerja lain dari sisi pemerintah, swasta, dan perguruan tinggi serta dari TNI melalui para babinsanya yang membantu PLKB di lapangan mencari akseptor.

Revitalisasi program KB dilontarkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memberi pengarahan pada acara Hari Keluarga Nasional di Ambon tahun 2006.

Untuk itu, kebangkitan keluarga berencana perlu mendapat dukungan dari tokoh agama, dan tokoh masyarakat. Keluarga berencana merupakan salah satu cara untuk mencapai hidup,  terwujudnya keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.

Saat ini, sudah ada Undang-Undang (UU) Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang menyatakan bahwa dalam mewujudkan penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas perlu dilakukan berbagai upaya seperti pengendalian angka kelahiran, penurunan angka kematian, pengarahan mobilitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk pada seluruh dimensinya, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga, penyiapan dan pengaturan perkawinan serta kehamilan.

Implementasi dari upaya tersebut adalah untuk menciptakan penduduk tumbuh seimbang dan akan menjadikan penduduk sebagai SDM tangguh bagi pembangunan dan ketahanan nasional, mampu bersaing dengan bangsa lain, serta dapat menikmati hasil pembangunan secara adil dan merata.

Misi program KB mewujudkan pembangunan berwawasan kependudukan dan keluarga kecil bahagia sejahtera menjadikan masalah kependudukan seperti bola panas.

Ketika dimensi bola panas ini kecil seperti kelereng, bola itu kurang diperhatikan, namun ketika bola panas itu makin besar, efeknya seperti domino menyebar ke mana-mana. Persoalan kependudukan jika tidak segera ditangani serius akan berdampak ke masalah lain, seperti lingkungan hidup, pendidikan, ekonomi dan sebagainya.

Masalah kependudukan di Jawa Tengah yang perlu mendapat perhatian dari kita semua adalah tingginya pemenuhan lapangan kerja baru. Menurut hasil survei demografi kependudukan dan kesehatan Indonesia, angka kelahiran total (total fertility rate/TFR) di Jateng 2,3 anak per wanita usia subur.

Fenomena ini mengindikasikan bahwa setiap 1 jam di Jateng telah lahir 30 bayi atau 129.600 bayi setiap tahunnya. Apabila diasumsikan setiap manusia memasuki dunia kerja pada usia 25 tahun maka pada 2032 Pemprov Jateng harus menyediakan 129.600 lapangan pekerjaan setiap tahunnya (sesuai angka kelahiran per tahun).

Untuk itu menciptakan penduduk tumbuh seimbang dengan pertumbuhan yang lain, terutama masalah perekonomian dan lingkungan, perlu mendapat perhatian. Jika angka kelahiran bisa kita tekan dan sesuai pertumbuhan ekonomi, hal itu akan menjadikan tumbuhnya penduduk yang berkualitas dan ideal.(10)

— Dra Sri Murtiningsih MS, Kepala BKKBN Provinsi Jateng


Wacana Suara Merdeka 17 Maret 2010