29 Desember 2010

» Home » Media Indonesia » Opini » Pendidikan di Victoria Utamakan Pelajar

Pendidikan di Victoria Utamakan Pelajar

Tidak ada salahnya, bahkan mungkin banyak manfaatnya, kita melihat dan mengamati cara orang lain mengatur sistem pendidikan mereka, termasuk pendidikan di Victoria, Australia. Sampai saat ini yang menangani pendidikan menengah di Australia adalah tiap negara bagian (states) dan teritorium (territories). Itu berarti kurikulum yang dipakai di sekolah-sekolah di Australia adalah kurikulum lokal dan bukan kurikulum nasional. Untuk negara berpenduduk 22 juta dengan teknologi informasi yang maju dan mobilitas yang tinggi di kalangan pelajar, mahasiswa, dan pencari kerja, makin lama makin dirasakan, khususnya oleh pemerintah Australia, perlunya kurikulum nasional. Pada 2008 para menteri pendidikan dari semua states dan territories menandatangani Melbourne Declaration on Educational Goals for Young Australians yang mengawali persiapan ke arah kurikulum nasional. Badan yang menangani pengembangan kurikulum nasional ini adalah ACARA (Australian Curriculum, Assessment and Reporting Authority). ACARA bertanggung jawab untuk pengembangan kurikulum sejak TK sampai dengan kelas 12. Memang tidak semua pihak setuju dengan perubahan menuju kurikulum nasional itu, tetapi langkah ke arah itu sudah mulai dilakukan.
Sejak 2008 itu ACARA mulai mengembangkan kurikulum baru dengan melibatkan banyak pihak, seperti para guru dan kepala sekolah, pihak pemerintah, lembaga pendidikan states dan territories, asosiasi pendidikan profesional, bisnis dan industri, kelompok-kelompok masyarakat, dan publik yang lebih luas. Diharapkan, kurikulum nasional itu sudah bisa diterapkan untuk TK sampai dengan kelas 10 pada 2013 dan beberapa tahun kemudian sesudah itu untuk kelas 11 dan 12.
Lalu, bagaimana dengan ujian akhir untuk mendapatkan ijazah? Kurikulum nasional tidak otomatis berarti ujian nasional. Tidak tertutup kemungkinan bahwa dengan kurikulum nasional ini tiap negara bagian dan teritorium diberi kewenangan untuk membuat ujian sendiri. Semua pengembangan kurikulum nasional itu masih sedang diolah dan bagaimana hasilnya akan kita lihat nanti. Tetapi yang pasti, paling kurang sampai lima tahun ke depan ujian akhir sekolah menengah adalah wewenang negara bagian dan teritorium masing-masing.

Kurikulum dan pengujian
Badan yang menangani pendidikan dasar dan menengah di Negara Bagian Victoria adalah Victorian Curriculum and Assessment Authority yang lebih dikenal dengan singkatannya VCAA. Badan itulah yang menetapkan garis-garis petunjuk mengenai apa yang dipelajari anak didik dari TK sampai kelas 12 di sekolah-sekolah Victoria.
Pendidikan menengah terdiri dari dua bagian, yaitu junior secondary dari kelas 7 sampai dengan 10 dan senior secondary, yaitu kelas 11 dan 12, yang juga disebut kelas Victorian certificate of education atau VCE karena VCE adalah satu-satunya ijazah nonkejuruan sekolah menengah di Victoria. Yang mengeluarkan ijazah ini adalah VCAA. Wajib sekolah hanya sampai di kelas 10. Meskipun kelas 11 (unit 1 dan 2) dan kelas 12 (unit 3 dan 4) adalah kelas VCE, yang diuji dan dinilai untuk mendapatkan ijazah adalah mata pelajaran dari unit 3 dan 4. Siswa kelas 11 yang berminat dan dinilai siap oleh sekolah dan gurunya diperbolehkan membuat satu atau dua mata pelajaran unit 3 dan 4 dan hasil ujiannya akan ditabung dan dihitung gabung dengan mata pelajaran lain yang akan dikerjakannya di kelas 12.
VCAA menawarkan sekitar 140 mata pelajaran di kelas VCE, tetapi dari sekian banyak pilihan, pelajar cukup mengerjakan empat mata pelajaran saja yang akan diuji untuk mendapat ijazah. Satu-satunya mata pelajaran wajib adalah bahasa Inggris. Insentif bagi pelajar yang mengerjakan lebih dari empat mata pelajaran adalah hasil ujian mata pelajaran kelima dan keenam dihitung 10% masing-masingnya untuk ditambahkan pada hasil akhir.
Ada dua jenis ujian unit 3 dan 4 VCE, yaitu ujian internal dan ujian eksternal, masing-masing bernilai 50%. Ujian internal diberikan guru mata pelajaran bersangkutan dan dinilai bersama dengan guru lain dari mata pelajaran yang sama. Ujian eksternal diberikan dan dinilai VCAA lewat sebuah panel yang terdiri dari para guru atau pengajar yang berpengalaman. Penulis ujian eksternal tidak boleh mengajar kelas 12 dalam tahun bersangkutan dan para guru pemeriksa ujian eksternal tidak boleh memeriksa pekerjaan pelajar mereka sendiri. Untuk menjaga jangan sampai ada sekolah yang terlalu lunak atau sebaliknya, terlalu keras dalam memberikan nilai ujian internal, nilai akhir pelajar dibakukan berdasarkan hasil ujian eksternal. Artinya nilai semua peserta ujian menjalani prosedur standar yang sama (standardised).
Nilai akhir ujian VCE itu masih harus dibuat peringkatnya, yang berkisar antara 0 dan 99,95, oleh suatu badan perguruan tinggi yang dikenal dengan nama VTAC (The Victorian Tertiary Admission Centre) untuk keperluan penempatan tamatan VCE itu di perguruan tinggi. Alasan pemberian peringkat atau scaling system itu adalah ada mata pelajaran yang sulit untuk mendapatkan nilai tinggi dan sebaliknya. Sebagai akibatnya, ada nilai yang naik atau scaled up dan yang turun atau scaled down. Nilai yang sudah diperingkatkan itu disebut ATAR (The Australian Tertiary Admission Rank) dan berdasarkan nilai itu tamatan VCE masuk ke bidang studi tertentu di perguruan tinggi. Universitas bergengsi dengan fasilitas lengkap dan tenaga pengajar bereputasi internasional biasanya akan menetapkan ATAR score yang lebih tinggi daripada universitas kecil untuk bidang studi yang sama. Dengan sistem itu, tidak perlu lagi adanya ujian masuk ke perguruan tinggi.

Kesimpulan
Dari apa yang telah diuraikan dapat kita simpulkan bahwa sistem pendidikan menengah di Victoria sangat berpihak kepada pelajar. Para pelajar hanya perlu membuat empat mata pelajaran untuk ujian akhir mereka dan dapat memilih mata pelajaran yang paling mereka minati dari sekitar 140 pilihan. Nilai akhir pelajar tidak hanya ditentukan ujian eksternal, tetapi juga oleh ujian internal. Sesudah menyelesaikan VCE, pelajar bisa langsung meneruskan belajar di perguruan tinggi tanpa harus membuat ujian masuk, atau juga bisa langsung masuk ke lapangan kerja sesuai dengan minat mereka. Yang juga ditekankan dalam sistem itu adalah transparency and fairness. Nilai ujian semua pelajar 'disesuaikan' berdasarkan standar yang sama. Pelajar berhak mengajukan appeal (banding) atas sesuatu yang dianggapnya tidak adil atau merugikan dirinya. Akhirnya, apa pun perubahan yang berhubungan dengan pengajaran dan kurikulum, kepentingan dan masa depan anak didiklah yang harus diutamakan.**

Oleh Rufin Kedang, Pengajar dan penulis kursus VCE bahasa Indonesia pada Victorian School of Languages, Melbourne; alumnus UGM dan Monash University

Opini Media Indonesia 30 Desember 2010