20 April 2010

» Home » Pikiran Rakyat » Mengobarkan Semangat Gerakan Pramuka

Mengobarkan Semangat Gerakan Pramuka

Oleh Hj. Imas Kurniasih

Kartini yang historis telah lama dikenang orang. Tak satu pun siswa sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas yang melupakan nama pahlawan wanita ini. Karakter kartini sebagai pendobrak kebekuan dalam berpikir perempuan sekaligus pendobrak dari tradisi yang sangat mengukung kehidupan wanita.

Hari ini telah lahir generasi Kartini yang sudah berperan di puncak-puncak pergaulan politik, melakukan aktivitas ekonomi, menindaklanjuti cita-cita pendidikan luhur dan dapat melakukan kegiatan sosial, agama, dan budaya sehingga perempuan dapat menyejajarkan dirinya dengan kaum laki-laki yang selama ini dipandang dikotomis, baik tugas, peran maupun fungsinya dalam kehidupan



Kartini hari ini sudah sangat jauh berbeda dengan Kartini masa lalu. Sumbangsih perempuan dalam segala bidang kehidupan sudah bisa ditakar dengan berbagai ketakjuban, kehebatan, keunggulan, dan keanggunan dari tugas-tugas perempuan yang sesungguhnya baik menurut norma agama maupun norma sosial dan juga dalam pandangan tata pergaulan dunia internasional.

Perempuan telah melahirkan generasi-generasi yang sangat diperhitungkan di berbagai negara. Mereka lahir dari generasi pascakemerdekaan dan menikmati hasil-hasil dari kiprah mereka dalam berbagai sektor pembangunan.

Dalam konteks gerakan-gerakan organisasi, perempuan juga memegang peranan yang sangat penting dan strategis. Gerakan Pramuka adalah salah satu di antaranya. Sebagian besar adalah peran perempuan yang telah mengantarkan gerakan Pramuka ke tingkat yang lebih luas dalam tata pergaulan kehidupan. Bukan hanya sebatas peran individual, tetapi juga merupakan bagian persenyawaan yang sangat inheren dengan seluruh kegiatan politik, ekonomi, sosial, dan budaya, bahkan agama. Posisi perempuan dalam gerakan Pramuka, memiliki arti penting dan sangat substantif baik dalam memerankan pengembangan diri, kepribadian, sosial, maupun untuk meningkatkan keunggulan-keunggulan dalam bentuk dan jenis kehidupan nyata.

Memang ada pula penyakit-penyakit masyarakat yang juga bersumber dari ketidakberdayaan perempuan sampai hari ini. Banyak di antara kaum perempuan yang belum memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dalam aspek ekonomi, perempuan masih menjadi bagian dari peran buruh, bukan peran majikan. Perempuan juga kurang berminat untuk tampil di panggung politik pada skala regional, lokal maupun nasional. Kalaupun ada, seolah-olah perempuan itu sebagai tumbal, hanya untuk memenuhi kuota yang telah ditentukan, dicita-citakan, diidam-idamkan dalam kalkulasi-kalkulasi politik praktis yang fragmentaris.

Di sinilah dibutuhkan tokoh-tokoh perempuan untuk mengajak, mendorong, mengubah, bagaimana fungsi, peran, dan tugas perempuan yang sesungguhnya, hingga cita-cita Kartini di masa lalu masih memiliki relevansi dengan dinamika perubahan dan pencitraan kaum perempuan di Indonesia.

Gerakan Pramuka adalah sumbu yang dapat mengobarkan semangat gerakan perempuan di dalam mencapai cita-cita Kartini. Gerakan Pramuka  yang dimotori para pengurus yang memiliki Dasa Darma dan Trisatya mendorong tekadnya, semangatnya, tidak membeku hanya sebatas dengan mengenang Kartini. Akan tetapi, bagaimana gerakan Pramuka melalui berbagai programnya dapat meningkatkan dirinya agar di masa yang akan datan.

Upaya menggelorakan semangat juang Kartini dalam berbagai dimensinya, sudah menghinggapi masing-masing pembina Pramuka putri, sebagaimana semboyan ”dian nan tak kunjung padam”. Sebagai rumusan yang tersusun dengan sistematis, pola itu lalu diejawantahkan melalui Syarat-syarat Kecakapan Umum (SKU), Syarat-syarat Kecakapan Khusus (SKK), dan Syarat-syarat Pramuka Garuda (SPG) dalam pembinaan gerakan Pramuka. Tiga syarat itu boleh dikatakan semacam kurikulum dalam pendidikan.

Kesadaran bahwa pendidikan tidak bebas nilai dan ideologi serta politik, upaya membesarkannya pun mesti didekati dengan mempertimbangkan kekuatan ideologi dan politik. Dengan begitu, wajar apabila praktik pembinaan kepramukaan berusaha menggapai sense of belonging masyarakat.***

Penulis, Pembina Pramuka Putri Kwarcab Kota Bandung, Staf Kwartir Daerah Gerakan Pramuka Jawa Barat Bidang Pengabdian Masyarakat dan Hubungan Masyarakat, serta mahasiswi Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung (Program Doktor).
Opini Pikiran Rakyat 21 April 2010