07 Juni 2010

» Home » Suara Merdeka » Mewujudkan Kota Baru Pendidikan

Mewujudkan Kota Baru Pendidikan

PURWOKERTO, Kabupaten Banyumas, sudah lama disebut-sebut sebagai salah satu kota pendidikan di Jateng. Sebutan itu setidaknya dapat ditunjukkan oleh banyaknya perguruan tinggi ataupun lembaga pendidikan di kota tersebut. Saat ini, mahasiswa yang belajar di Purwokerto tercatat sekitar 50 ribu orang.

Dalam perkembangannya kota itu juga diminati calon mahasiswa dari luar daerah. Hal ini dapat dibuktikan dengan makin banyaknya mahasiswa dari Jakarta, Jabar, Sumatra, bahkan NTB. Belum lagi makin banyaknya perkumpulan organisasi kedaerahan. Faktor itu menjadi salah satu indikator  bahwa kota tersebut makin dilirik dan diminati untuk belajar.

Namun julukan kota pendidikan bagi Purwokerto belum ditopang oleh berbagai perangkat, salah satunya adalah toko buku. Menurut penulis, faktot itu menjadi penting mengingat, asupan bagi mahasiswa (pelajar) adalah buku-buku yang menunjang proses perkuliahan, baik dalam menyiapkan berbagai tugas kuliah maupun tugas akhir; skripsi atau tesis.


Buku tentunya menjadi penting sebab mendukung dinamisasi pengetahuan, dengan demikian pengembangan ilmu akan tumbuh subur. Melimpahnya buku akan memudahkan mencari referensi. Apabila akses mendapatkan buku begitu mudah, maka akan muncul reading habit yang tinggi. Inilah salah satu keuntungan yang dapat dicapai apabila tersedianya banyak koleksi buku dan mudahnya mengakses buku.

Namun semua itu sulit terwujud jika tidak ada langkahstrategis yang dilakukan berbagai pihak. Salah satunya adalah pemerintah. Pemerintah melalui dinas terkait, diharapkan mampu melakukan terobosan untuk membuat satu kawasan  yang dijadikan sebagai kawasan pendidikan.

Kawasan tersebut sekaligus dijadikan tempat rekreasi pendidikan yang menyediakan perangkat keilmuan sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan, salah satunya pusat penjualan buku. Kawasan pendidikan bukan saja tempat untuk pencarian referensi melainkan akan memudahkan masyarakat memperoleh buku.

Yogyakarta dikenal lewat Shopping Center, tempat yang dijadikan sebagai kawasan khusus penjualan buku-buku. Tidak ada namanya tapi pusat penjualan buku murah dan lengkap di belakang Pasar Beringharjo itu sudah menyatu dengan pelajar dan mahasiswa.

Makin banyak toko buku yang berdiri di Purwokerto, dapat dipastikan makin memudahkan akses dalam memperoleh buku guna menunjang dinamisasi pendidikan. Selain hal itu, Purwokerto akan makin kuat menyandang predikat kota pendidikan. Hal ini semestinya dijadikan pekerjaan yang perlu digarap serius oleh pemerintah, untuk mewujudkan kawasan pendidikan yang sekaligus dijadikan sebagai tempat rekreasi pendidikan.

Selama ini, umumnya mahasiswa di Purwokerto masih terbentur dengan minimnya buku untuk menunjang perkuliahan ataupun penyelesaian tugas akhir. Apabila mahasiswa merasa buntu dengan referensi buku, mereka biasanya akan lari ke Yogyakarta.
Belum Maksimal Sebenarnya, di Purwokerto ada beberapa toko buku, semisal Raja Diskon (Radis), Jogja Agency Purwokerto (JAP), Jogja Bursa Buku (JBB), Angkasa, Ganesha, Mutiara, Toga Mas, dan Gramedia. Namun, toko itu belum maksimal menyediakan koleksinya.

Ada beberapa toko buku yang merepresentasikan diri dari Yogya, seperti Raja Diskon, Jogja Agency Purwokerto, Jogja Bursa Buku, dan Toga Mas, namun faktanya masih kering koleksi bukunya. Akhitnya mahasiswa dari Purwokerto masih harus pergi ke Kota Gudeg guna memenuhi kebutuhan buku-buku.

Persoalan lain adalah representasi beberapa toko buku dari Jogja belum mampu membawa image harga yang murah. Anggapan buku yang murah masih tertuju ke Yogya. Tentu, harga buku menjadi faktor lain yang sangat memengaruhi minat beli. Minimnya toko buku dengan koleksi yang terbatas belum mendukung bagi Purwokerto sebagai kota pendidikan.

Kawasan pendidikan makin perlu dibuat. Yogya dengan Shopping Centernya dapat dijadikan contoh oleh Purwokerto dalam menyiapkan kawasan pendidikan.
Apabila ada pusat perbelanjaan buku, dapat dipastikan mahasiswa tidak susah payah mencari buku, baik untuk referensi maupun koleksi. Pemerintah perlu bekerja sama dengan banyak pihak untuk menggarap gagasan itu. Apabila hal tersebut dapat dipenuhi, julukan kota pendidikan bagi Purwokerto akan makin melekat. (10)

— Wahyu Choerul Cahyadi, mahasiswa STAIN Purwokerto, bergiat di Komunitas Emper Bale

Wacana Suara Merdeka 8 Juni 2010