27 Desember 2009

» Home » Suara Merdeka » Pohon Natal dan Pemanasan Global

Pohon Natal dan Pemanasan Global

Menggunakan pohon natal hidup, dalam arti bukan terbuat dari kertas, plastik, baja atau material hasil industri, sebenarnya merupakan salah satu bentuk penyelamatan Bumi dalam konteks natal

PERAYAAN Natal tahun ini ber- langsung pada saat planet Bumi dilanda isu pemanasan global. Bangsa-bangsa, berbagai organisasi kemasyarakatan, agama termasuk gereja dan kalangan umum, membicarakan tentang ancaman petaka yang diakibatkan oleh global warming serta tindakan penyelamatan Bumi dan kehidupan.


Perayaan Natal tahun ini sebenarnya bisa menjadi momentum untuk menyelamatkan Bumi dan kehidupan, dari efek pemanasan global. Sudah saatnya umat kristiani mulai memakai pohon natal hidup pengganti aksesori yang terbuat dari plastik, kertas, atau logam.

Pohon natal merupakan aksesori yang tidak bisa dipisahkan dari perayaan Hari Natal. Pohon natal adalah bagian dari hari kelahiran Yesus dan sudah menyatu dalam kehidupan jemaat. Tiada Natal tanpa pohon natal dan di mana ada perayaan Natal dipastikan ada pohon patal.

Umat kristiani menggambarkan pohon natal sebagai bentuk figurasi pohon cemara, yang berlatar belakang kehidupan lingkungan dari Eropa, dan perlu dilestarikan keberadaannya.

Di sisi lain manusia perlu mengurangi pemakaian pohon natal dari plastik, kertas, logam, atau material hasil industri. Hal itu mengingat industri yang menggunakan bahan bakar fosil merupakan penghasil terbesar karbon dioksida, dan menjadi salah satu pemicu efek pemanasan global.

Peran penting pohon cemara sebagai pohon natal, berawal pada abad VIII, tatkala Santo Bonifasius dari Inggris berkeliling Eropa khususnya Jenewa sebagai misionaris mewartakan Injil. Di dalam perjalanannya dia melihat seorang anak kecil diikat di pohon, di sisi pohon cemara.

Anak tersebut akan dibunuh dan dipersembahkan kepada dewa-dewa. Santo Bonifasius mengabarkan kebenaran, dan dia mengatakan,’’ Yesus, yang datang dari surga ke Bumi telah menunjukkan kasih dan Kelemahlembutan Allah!”  Singkat cerita nyawa anak itu bisa diselamatkan, dan tali pengikat dibuka untuk membebaskannya. Waktu itu Santo Bonifasius berkata,’’ Pohon cemara ini adalah lambang kepercayaan segala zaman dalam kehidupan yang baru  yaitu kepada Yesus Kristus, sang Juru Selamat Dunia, sang Penebus Dosa ”.

Pada Desember tahun 1540, Marthin Luther memasang beberapa lilin di pohon cemara  pada Hari Natal sebagai lambang terang dan hidup. Pada abad k- 19 Pangeran Albert, suami dari Ratu Inggris Victoria mengumumkan perlunya memasang cemara sebagai pohon natal, dan hal itu sselanjutnya meluas ke seluruh dunia.

Terkait dengan global warming, dinamika iklim menunjukkan bahwa Bumi telah mengalami pemanasan lebih dari 3 derajat Celsius, dan berdampak pada mencairnya lapisan es di kutub dan di atas puncak gunung es. Fenomena itu akan memberikan ancaman yang amat buruk bagi Bumi dan kehidupan.

Program lingkungan PBB (UNEP) 2006 yang hasilnya dirilis setahun kemudian menunjukkan adanya pengurangan drastis lapisan es di puncak Gunung Kilimanjaro, Tanzania. Lembaga yang sama pada 10 Juni 2008 juga menerbitkan jurnal yang isinya menunjukkan adanya perubahan drastis akibat pemanasan global di negara-negara Afrika.

Kini dampak dari pemanasan global bisa dirasakan di semua belahan bumi, seperti di Eropa yang ditandai dengan kepunahan spesies tertentu, di Amerika Utara dengan meningkatnya gelombang panas, termasuk peningkatan suhu di Kaliurang Yogyakarta, Bandungan Kabupaten Semarang, Puncak, Lembang, Cipanas di wilayah Bogor, juga di Brastagi, Tarutung, dan Bukittinggi.

Menurut Deputi Kementerian Negara Lingkungan Hidup Indonesia Bidang Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Lingkungan, Masnerliyati Hilman, akibat pemanasan global, permukaan air laut Indonesia naik 0,8 cm per tahun dan berdampak pada tenggelamnya pulau-pulau nusantara hampir 1 m dalam 15 tahun ke depan.

Topan Nargis yang melanda Myanmar beberapa waktu lalu, yang menewaskan 80.000 jiwa dan 50.000 jiwa hilang, serta lebih dari 2 juta orang kehilangan tempat tinggal juga merupakan dampak dari pemanasan global. Efek lain bisa terlihat dari makin seringnya bencana tanah longsor, banjir sekaligus kekeringan, bahkan berbagai penyakit bagi kehidupan manusia. 

Pohon cemara hidup atau pohon natal hidup, dalam arti bukan terbuat dari kertas, plastik, baja atau material hasil industri, sebenarnya merupakan salah satu bentuk penyelamatan Bumi dalam konteks natal. Secara teologi, natal merupakan peristiwa datangnya Tuhan Yesus Kristus untuk menyelamatkan manusia dari neraka akibat dosa. 

Berbicara tentang pemanasan global tidak bisa dilepaskan dari efek gas rumah kaca, yakni gas-gas yang di atmosfer terutama karbon dioksida. Gas itu menyerap sinar matahari, tetapi menghalangi energi yang seharusnya kembali ke angkasa, dan hal itu menyebabkan meningkatnya suhu bumi.

Dengan mnggunakan pohon natal hidup, berarti kita sudah ikut menyelematkan Bumi dan kehidupan dari efek panas gas rumah kaca. Pun secara tidak langsung pohon hidup menyerap kadar karbon dioksida yang muaranya akan mengeliminasi efek negatif tersebut.

Kelestarian

Pohon natal yang terbuat dari plastik, kertas, atau logam dapat menghasilkan sampah anorganik, dan apabila tidak didaur ulang dapat mencemari lingkungan dan merusak tanah. Dengan memakai pohon hidup, yang berarti meninggalkan produk industri berbasis bahan bakar fosil, manusia berarti  ikut menjaga kelestarian lingkungan.

Pohon natal hidup yang dipasang di kantor, jalan, rumah, di dalam atau halaman gereja atau di mana saja secara simbolis akan membawa damai sejahtera. Dengan meminimalisasi efek pemanasan global maka lingkungan akan tetap lestari, kesuburan tanah terjaga, Bumi menjadi lebih aman, lebih nyaman, dan lebih baik untuk kita huni. (bd. Lukas 2 :14). 

Kini saatnya orang kristiani dan gereja bertindak lebih nyata, untuk  ikut menyelamatkan planet Bumi dan kehidupan dari ancaman malapetaka akibat pemanasan global dengan menanam pohon cemara serta memanfaatkannya sebagai pohon natal hidup.

Jawablah ”ya dan ”oke” untuk program save the world,  save the life, green up our earth, one man one three, atau we do green.
Setiap keluarga Kristen, gereja, organisasi/ badan gerejawi seyogianya menanam, dan memakai satu batang pohon natal hidup agar tumbuh ratusan juta pohon natal hidup di bumi.

Amazing Grace! Ajaib Tuhan! Tidak Harus pohon cemara angin, kita bisa menanam dan menggunakan pohon cemara laut, cemara kwanda, cemara elephani, cemara kipas atau jenis lainnya sebagai simbol pohon natal, yang dapat dimanifestasikan dengan pohon penghijauan.

Kita diingatkan pada kisah penciptaan, ketika segala sesuatu baru diciptakan oleh Tuhan: tumbuh-tumbuhan berbiji, pohon, hewan, manusia, dan ”semua itu sungguh amat baik adanya” (Kejadian 1-2). (10)

— Pdt Pb Dr Stephanus Agus N, MTh MM MSi, alumnus S3 Institut Theologia Kepemimpinan REM Jakarta ITKR, alumnus S2 lingkungan dari Undip, kini Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup Unisbank Semarang

Wacana Suara Merdeka  28 Desember 2009