18 Januari 2011

» Home » Opini » Pikiran Rakyat » Masa Depan Industri yang Cerah

Masa Depan Industri yang Cerah

Oleh Justin Yifu Lin
Chief Economist and Senior Vice President for Development Economics di Bank Dunia
Salah satu rahasia ekonomi yang terungkap dan dipraktikkan selama 2010 adalah sebagian besar negara memprioritaskan kebijakan industri. Hal ini berlaku tidak saja di Cina, Singapura, Prancis, dan Brasil -- negara-negara yang umumnya mengambil kebijakan seperti itu -- tetapi juga Inggris, Jerman, Cile, dan Amerika Serikat yang kebijakan industrinya kurang terbuka.
Mengingat kebijakan industri umumnya mengacu kepada setiap regulasi atau kebijakan yang dibuat pemerintah, sebagaimana kepastian hukum mendorong investasi industri, rahasia itu tidaklah mengejutkan. Lagi pula, pembangunan ekonomi dan pertumbuhan berkelanjutan yang merupakan hasil perkembangan industri dan teknologi adalah proses yang membutuhkan kolaborasi antara sektor publik dan swasta.
Bukti sejarah menunjukkan, di negara-negara yang berhasil bertransformasi dari agraris ke ekonomi modern -- termasuk di Eropa Barat, Amerika Utara, dan, baru-baru ini, di Asia Timur -- pemerintahnya mengoordinasikan kunci investasi kepada perusahaan-perusahaan swasta yang membantu memulai industri-industri baru, dan sering memberikan insentif bagi perusahaan perintis. Sebelum krisis keuangan global dan resesi melanda baru-baru ini, pemerintah di seluruh dunia memberikan dukungan kepada sektor swasta melalui subsidi langsung, pemotongan pajak, atau pinjaman dari bank dalam rangka memacu pertumbuhan dan mendukung penciptaan lapangan kerja.
Kebijakan yang dihasilkan dari diskusi pada pertemuan-pertemuan tingkat tinggi berusaha memperkuat berbagai fitur dari kebijakan industri. Beberapa upaya di antaranya, mengalokasikan anggaran publik untuk pembangunan bandara, jalan raya, pelabuhan, jaringan listrik, telekomunikasi, dan infrastruktur lainnya, peningkatan efektivitas kelembagaan, titik berat pada pendidikan dan keterampilan, serta kepastian hukum yang lebih jelas.
Tantangan bagi kebijakan industri menjadi lebih berat, karena kebijakan itu harus membantu perancangan program-program pemerintah yang lebih efisien. Saat bersamaan, sektor publik dan swasta berkoordinasi mengembangkan industri dan teknologi baru.
Namun sejarah juga mencatat, pemerintah di sejumlah negara berkembang berusaha memainkan peran sebagai fasilitator, tetapi sebagian besar menemui kegagalan. Sejarah ekonomi dari negara bekas Uni Soviet, Amerika Latin, Afrika, dan Asia ditandai dengan investasi publik yang tidak efisien dan intervensi pemerintah yang salah arah. Semua itu berakibat munculnya banyak industri yang tidak berguna.
Kegagalan yang meluas itu sebagian besar disebabkan ketidakmampuan pemerintah menyelaraskan upaya mereka dengan basis sumber daya negara mereka dan tingkat pembangunan. Kecenderungan pemerintah menetapkan target industri secara berlebihan tidak disandarkan kepada sumber daya dan keterampilan yang tersedia. Ini dapat menjelaskan mengapa upaya mereka untuk "menjadi pemenang" sering berakibat "menjadi pecundang". Sebaliknya, pemerintah di banyak negara maju yang mengalami keberhasilan memfokuskan kepada penguatan industri yang telah berjalan dengan baik di negerinya.
Pelajaran yang bisa dipetik dari sejarah ekonomi dan pembangunan adalah dukungan pemerintah yang diarahkan untuk peningkatan dan diversifikasi industri harus berlabuh di pelabuhan yang tepat. Begitu kendala-kendala diatasi, perusahaan-perusahaan swasta di sektor industri tersebut dengan cepat menjadi kompetitif di tingkat domestik dan luar negeri. Pertanyaannya, bagaimana mengidentifikasi industri yang kompetitif dan bagaimana merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan untuk memfasilitasi kemajuan mereka?
Di negara-negara maju, kebanyakan industrinya sudah berkembang, sehingga untuk meningkatkannya tentu memerlukan inovasi. Upaya lain yang bisa membantu misalnya dukungan untuk penelitian dasar, dan paten untuk melindungi inovasi yang dikembangkan. CĂ©lestin Monga dan penulis baru-baru ini mengembangkan pendekatan -- yang disebut the growth identification and facilitation framework-- yang dapat membantu pemerintah negara berkembang meningkatkan kemungkinan sukses dalam mendukung tumbuhnya industri-industri baru.
Kerangka kerja ini menyarankan kepada pembuat kebijakan agar mengidentifikasi industri yang telah berjalan dengan baik dengan sumber daya dan keterampilan yang ada, dan yang menghasilkan pendapatan per kapita dua kali lipat modal mereka. Jika perusahaan-perusahaan swasta domestik di sektor ini sudah bermunculan, pembuat kebijakan harus mengidentifikasi dan menghapus kendala-kendala yang menghambat kemajuan teknologi perusahaan-perusahaan itu. Di negara yang tidak memiliki industri domestik, pembuat kebijakannya harus membuat target menarik investasi asing langsung dari negara-negara lain atau mengatur program untuk menumbuhkan perusahaan-perusahaan baru. Pemerintah juga harus memperhatikan pengembangan produk-produk baru dan kompetitif dari swasta, dan mendukung pengembangan inovasi sektor swasta yang sukses di bidang industri baru.
Di negara-negara dengan lingkungan bisnis yang buruk, pembangunan zona ekonomi khusus atau kawasan industri berikat dapat memudahkan masuknya perusahaan dan investasi asing langsung, sekaligus pembentukan kluster industri. Akhirnya, pemerintah dapat membantu perusahaan perintis di sektor industri-industri baru dengan menawarkan insentif pajak untuk jangka waktu terbatas, membantu pembiayaan investasi, atau menyediakan akses ke pembebasan lahan.
Pendekatan kami menyediakan kerangka kerja bagi pembuat kebijakan untuk mengatasi tantangan berat koordinasi yang biasanya menyertai penciptaan industri baru yang kompetitif. Pendekatan itu juga berpotensi untuk memelihara lingkungan bisnis yang kondusif bagi pertumbuhan sektor swasta, penciptaan lapangan kerja, dan pengurangan kemiskinan.
Pada saat ekonomi di seluruh negara-negara dunia berjuang memulihkan atau memelihara angka pertumbuhan pada 2011, kebijakan yang berkaitan dengan industri tampaknya akan kian cerah. Tentunya dengan kerangka kerja yang tepat, tak ada alasan bagi industri-industri itu bersembunyi dalam bayang-bayang.
Copyright: Project Syndicate, 2010
www.project-syndicate.org 
OPini Pikiran Rakyat 18 Januari 2011