07 Juni 2010

» Home » Kompas » Semua Terkait Semua

Semua Terkait Semua

Matahari sebagai sumber energi memindahkan energinya melalui sinar dan air hujan yang berinteraksi dengan tanah menjadi makanan energi tumbuh- tumbuhan. Melalui makanan tumbuh-tumbuhan dan hewan, manusia memperoleh tenaga energi hidup.
Apabila manusia meninggal, jasad mayatnya dimakan mikroorganisme yang menguraikannya kembali ke dalam tanah untuk bersama dengan air hujan menyuburkan tumbuh-tumbuhan dan rangkaian kehidupan komponen alami lainnya.
Semua tampaklah berkaitan dengan semua dalam jejaringkehidupan alami yang disebut sistem-ekologi atau ekosistem. Semakin sedikit jalinan keterkaitan komponen alam satu dengan lain, semakin renggang hubungan jejaring ekosistem alami ini dan semakin lemah kemampuannya untuk menopang kehidupan manusia.
Karena itu, jejaring ekosistem alam yang longgar seperti guru pasir Sahara hanya mengaitkan pasir, tumbuhan kaktus, dan hewan unta sehingga terlalu kurus untuk mendukung kehidupan manusia. Sebaliknya, semakin padat jejaring ekosistem, seperti halnya hutan hujan tropis Indonesia yang kaya keanekaragaman hayati, semakin tinggi mutu jejaring alami ini dan semakin besar kemampuannya mendukung kebutuhan hidup manusia.

 

Negara-negara di khatulistiwa yang berhujan lebat dan sinar matahari sepanjang tahun sangat kaya dengan keanekaragaman hayati dibandingkan dengan negara-negara bermusim empat. Tiga negara yang tergolong paling kaya keanekaragaman hayatinya adalah Brasil (Amerika Selatan), Indonesia (Asia), dan Zaire-Congo (Afrika).
Indonesia dengan 17.508 pulau adalah arsipelago terbesar di dunia yang diapit dua samudra India dan Pasifik dengan keanekaragaman hayati maritim tinggi.
Keanekaragaman alam hayati dalam ribuan pulau menghasilkan keanekaragaman suku, budaya, ras, agama, dan kelompok sosial dalam masyarakat kita. Tiap-tiap kelompok yang berbeda-beda memiliki ciri kekhasannya tersendiri sesuai dengan ruang lingkup alam yang menghidupinya, untuk kemudian terjalin dalam jejaring kehidupan masyarakat bangsa. Keserasian hidup antarberbagai komponen sosial dalam jejaring kehidupan berbangsa memberi ciri khas tersendiri pada bangsa kita. Semakin kental keterkaitan antar- komponen sosial dalam jejaring kehidupan sosial, semakin kokoh eksistensi bangsa kita.
Tanah Air kita dengan keanekaragam ekosistem alami menghidupi keanekaragam jejaring sistem sosial bangsa, maka sangatlah penting melaksanakan pembangunan yang tetap memelihara keutuhan keanekaragaman kedua sosial dan ekosistem ini.
Pembangunan tidak boleh merobek-robek keanekaragaman kedua jejaring sosial sistem dan ekosistem Indonesia. Karena itu, pembangunan perlu dilaksanakan serentak mencakup kemajuan kualitas kehidupan ekonomi yang makmur bersamaan dengan membangun kualitas kehidupan sosial yang adil dan mengembangkan keutuhan berfungsinya ekosistem lingkungan yang lestari. Semua komponen ekonomi, sosial, dan ekosistem lingkungan saling berkaitan untuk tumbuh ke tingkat kualitas makmur, adil, dan lestari.
Strategi Tampaksiring
April 2010, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah menggariskan Strategi Tampaksiring yang untuk lima tahun ke depan harus memuat ciri-ciri pokok ”pertumbuhan tinggi disertai pemerataan yang baik”, growth with equity, melalui ”pola ekonomi ramah lingkungan”, green economy. Dalam kerangka inilah dapat dipahami kebijakan Indonesia mencapai penurunan emisi gas-rumah-kaca dengan 26-45 persen dari pola ”bisnis biasa”, business as usual tahun 2020.
Kebijakan ini diambil agar jangan sampai Indonesia menderita dampak perubahan iklim yang besar yang berakibat pada perubahan musim tanam, tak menentunya curah hujan, naiknya permukaan laut, naiknya frekuensi banjir memukul kawasan pesisir pantai, bakal tenggelamnya beberapa pulau kita, semakin langkanya air tawar, berjangkitnya penyakit baru, dan terganggunya siklus ekosistem.
Mengubah pola pembangunan ”business as usual” adalah ibarat mengubah haluan kapal tangki besar yang perlu waktu untuk berbelok. Waktu berbelok bisa cepat apabila seluruh komponen pembangunan bangsa, baik di kalangan eksekutif, legislatif, yudikatif, maupun seluruh komponen bangsa, sadar bahwa pola pembangunan ”business as usual” ini perlu diubah dan tidak bisa berlanjut seperti sediakala, terutama di lapangan kegiatan yang banyak melepaskan gas-rumah- kaca dalam cara-cara menggunakan lahan-gambut, membuka hutan alam, mengembangkan pertanian, transportasi, industri, energi, dan pengelolaan persampahan.
Perubahan pola pembangunan ini memerlukan pendekatan ”total football”, melibatkan semua pemangku kepentingan pembangunan. Setiap perubahan tentulah tidak tanpa derita dan korban, tetapi perlu untuk mencapai Indonesia sekaligus makmur, adil, dan hijau lestari.
Di Stockholm 38 tahun lalu, ratusan negara sepakat membangun tanpa merusak. Namun, hasilnya kini belum seberapa. Mekanisme harga dalam ekonomi pasar hanya menangkap isyarat ekonomi tanpa menghiraukan biaya-manfaat peranan ekosistem dan sosial-sistem dalam pembangunan. Manusia masih berlaku seperti ”binatang ekonomi”, jauh menimpang dari sosok ”manusia seutuhnya”.
Peringatan Hari Lingkungan pada tahun ini memberi kesempatan menghela napas dalam untuk kemudian maju bergerak dengan semangat ”Strategi Tampaksiring” menapak pembangunan di jalan perubahan.
Emil Salim Dosen Pascasarjana UI

Opini Kompas 8 Juni 2010