22 April 2010

» Home » Jawa Pos » Penyakit Lupa Ny Nunun

Penyakit Lupa Ny Nunun

NUNUN Nurbaeti mengaku menderita sakit pelupa berat, sehingga tidak bisa menjadi saksi dalam sidang kasus suap pemilihan deputi gubernur senior Bank Indonesia. Suaminya, Adang Daradjatun, meminta penyakit istrinya itu dijadikan pertimbangan oleh hakim. Saat ini, Nunun dirawat di Singapura. Sampai kapan dia berada di negara itu? Adang menyatakan tidak tahu pasti, bergantung dokternya.

Sebelumnya, dokter pribadi Nunun, dr Andreas Harry SpS, memang menyebut Nunun memiliki dua dokter pembanding di Singapura. Dua dokter tersebut juga menyatakan bahwa Nunun memiliki penyakit pelupa berat. Selanjutnya, dr Andreas menambahkan, pelupa Ny Nunun itu terkait dengan depresi yang dialami.

Terhadap kasus tersebut, publik mempertanyakan, apakah lupa itu disengaja untuk menghindari bersaksi di pengadilan?


***

Lupa merupakan gangguan yang sering dialami seseorang. Lupa juga bisa terjadi pada orang sehat, namanya lupa fisiologis. Pada orang sakit disebut lupa patologis. Lupa orang sehat kerap disebut forgetfulness, sering dialami orang supersibuk. Itu bukan karena otaknya terganggu. Namun, pada saat bersamaan, banyak hal yang harus diingat melebihi kapasitas memori (ingatan) otak. Jadi, lazim saja kalau di antara begitu banyak hal, ada satu-dua yang terlupakan. Biasanya itu berlangsung sebentar. Otak segera melakukan konsolidasi ulang memori.

Lupa orang sakit lebih rumit dan kompleks daripada orang sehat. Lupa semacam itu dikenal dengan sebutan amnesia. Amnesia hanyalah satu di antara sekian gejala penyakit. Umumnya terjadi pada penyakit saraf, yakni otak terganggu. Misalnya, penyakit degeneratif otak, cedera kepala, tumor otak, gangguan pembuluh darah otak, serta infeksi otak. Amnesia juga terjadi pada gangguan psikologis seperti depresi, alkoholisme, keracunan, serta penyakit berat sistemik.

Satu penyakit degeneratif otak yang banyak terkait dengan lupa adalah Alzheimer. Lupa yang terjadi di sini bersifat berat dan dikenal dengan nama demensia atau pikun. Selain Alzheimer, pikun ditemukan pada stroke dan parkinson. Pada stroke disebut demensia vaskuler atau pikun karena gangguan pembuluh darah otak. Demensia itu terjadi bersamaan dengan gejala stroke lainnya seperti kelumpuhan.

Alzheimer merupakan suatu penyakit di mana terjadi gangguan fungsi kognitif dan intelektual yang berlangsung progresif. Fungsi atensi, konsentrasi, gangguan bahasa, dan visuospatial juga terganggu. Gangguan fungsi kognitif terkait dengan proses untuk memperoleh pengetahuan melalui berbagai perangkatnya seperti reasoning, intuisi, dan persepsi.

Gangguan intelektual berkaitan dengan proses berpikir yang melibatkan proses mental berpikir abstrak, kemampuan inteligensia, kemampuan berpikir realistis, dan semua kemampuan memperoleh informasi terkait. Fungsi intelektual lainnya yang sangat penting adalah gangguan memori.

Pikun pada Alzheimer merupakan salah satu bentuk lupa yang sangat berat dan paling banyak ditemukan. Itu terjadi karena degenerasi otak. Sering disebut senile dementia atau pikun usia lanjut. Biasanya terjadi setelah umur 65 tahun.

Insidennya mencapai 15 persen dan jumlahnya naik lipat dua setiap kenaikan umur 5 tahun. Pada Alzheimer, demensia diawali gangguan memori jangka pendek seperti sulit belajar hal baru. Berangsur memberat sampai hilangnya memori jangka panjang -lupa nama keluarga, tanggal lahir, dll.

Sedikitnya ada 10 gejala Alzheimer. Yakni, (1) penurunan daya ingat, terutama yang singkat dan jangka pendek (lupa menaruh barang). (2) Kehilangan daya ingat yang semakin berat dari hari ke hari (lupa sedang memasak di kompor yang menyala, asing terhadap tetangga). (3) Masalah berbahasa, misalnya sulit menyebut nama orang atau benda. (4) Sulit menjalankan aktivitas harian (menyetir mobil, menyisir rambut, makan, berpakaian). (5) Disorientasi waktu dan tempat (tidak bisa pulang ke rumah sendiri, lupa tempat, waktu, hari, tanggal).

(6) Penurunan perhatian (penurunan konsentrasi, minat, afeksi, motivasi, agitasi, depresi, halusinasi, menarik diri dari kegiatan atau hobi normal yang biasa dilakukan). (7) Gangguan proses berpikir abstrak (sulit melaksanakan tugas, hilangnya ide, menghindari situasi yang memerlukan pengolahan informasi baru atau kompleks). (8) Perubahan perilaku atau mood (keras kepala, curiga, gelisah, meledak-ledak). (9) Perubahan ciri kepribadian (kadang tampak normal, tiba-tiba berubah jadi pemarah, curiga, agitasi, dan mudah tersinggung). (10) Kehilangan inisiatif (tampak pasif, bergairah aktivitas harian hilang, menarik diri dari pergaulan masyarakat).

***

Lantas, penyakit lupa Ny Nunun termasuk yang mana? Tentu yang paling bisa menjawab pertanyaan yang mewakili keingintahuan publik ini adalah dokter pribadi, dokter yang merawat di Singapura atau tim ahli yang khusus memeriksa. Yang terang bukan yang pertama. Sebab, pelupa yang itu segera pulih, tidak perlu berobat, apalagi sampai jauh ke Singapura.

Antara amnesia dan demensia memang sama-sama lupa, namun berlainan sifat. Secara klinis, demensia lebih sering dikaitkan dengan gangguan fungsi kognitif, intelektual, bahasa, psikologis/afektif, dan lainnya. Jadi, biasanya demensia tidak berdiri sendiri, tapi terkait dengan hal-hal yang disebutkan di atas. Contoh amnesia, pada seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami cedera otak berat, bisa saja memorinya terganggu.

Memang disebutkan oleh dokter keluarga bahwa pelupa Ny Nunun terkait dengan depresi yang diderita. Masuk akal, meski persentasenya kecil. Depresi bisa memicu hilangnya ingatan seseorang. Keadaan itu disebut depressive pseudodementia (DPD). DPD adalah gangguan kognitif yang disebabkan adanya depresi. Bentuknya menyerupai demensia asli, terjadi pada lansia dan sembuh total dengan terapi.

Tampaknya, kasus Ny Nunun perlu ditangani tim ahli independen untuk mengkaji. Yaitu, yang terdiri atas ahli penyakit saraf (neurologist), psikiater, psikolog, dan disiplin lain yang terkait. Dalam ilmu penyakit saraf, khususnya Kelompok Studi Neurobehaviour, kasus demensia dikaji secara intensif. Di situ tersedia berbagai tes untuk memeriksa berbagai jenis demensia, termasuk yang pelupa bohong-bohongan. (*)

*) Prof Dr dr Moh. Hasan Machfoed SpS(K) MS , ketua Departemen/SMF Ilmu Penyakit Saraf FK Unair/RSUD dr Soetomo Surabaya

Opini Jawa Pos 23 April 2010