01 Desember 2009

» Home » Suara Merdeka » Sinergitas Pemberdayaan Rembang

Sinergitas Pemberdayaan Rembang

REMBANG membentang di sisi laut dengan aneka tumbuhan juga margasatwa. Tak terhitung jenis dan jumlahnya. Sisik nan lembut membuat tatap kagum. Protein yang tersimpan di sekitarmu menjadikan manusia cerdas.

Keberanian menantang debur ombak melahirkan anak-anak pemberani penuh dedikasi. Kecepatanmu menebar jala menghasilkan kecepatan terhadap peluang. Tengoklah pada sisi lain. Tanah gersang tandus, padahal esok harus dipersiapkan untuk anak-cucu.


Allah ciptakan alam seisinya untuk kemakmuran makhluknya. Manusia sebagai khalifah fil ardli (pemimpin di muka bumi) dilengkapi akal pikiran, diharapkan dapat mengatasi berbagai persoalannya. Akal manusia dikendalikan oleh hati, yang tercipta ibarat sekeping mata uang.

Ada dua sisi baik dan buruk. Hal inilah yang melatarbelakangi manusia didalam mengambil keputusan. Alam yang tersedia pun membutuhkan kearifan dalam menyikapinya. Pertanyaannya adalah mengapa tidak kita optimalkan?

Kabupaten Rembang memiliki 14 kecamatan, enam di antaranya wilayah pantai. Bagian wilayah selatan merupakan perbukitan. Banyak potensi lokal yang dimiliki yaitu potensi laut dengan produknya seperti terasi, ikan asin, petis,  ikan kalengan, hasil kerajinan, garam dan lain-lain.

Keberadaan mangrove dan keindahan laut, dapat dijadikan potensi wisata alam yang memesona. Berbagai potensi perlu dilibatkan melalui sinergitas, baik pemerintah, masyarakat maupun potensi-potensi di luar daerah tersebut yang memiliki kemampuan dan kepedulian tinggi.

Taman Kartini  dengan nilai sejarahnya layak dijadikan  pusat rekreasi. Pantai Binangun yang konon menurut sejarah ada hubungannya dengan pendaratan Cheng Ho, tempat pelelangan ikan (TPI) dengan potensi di sebelah kirinya terbentang sungai, dapat ditata sedemikian artistiknya sebagai tempat wisata.

Hamparan mangrove di pantai wilayah Kecamatan Kaliori dapat dijadikan objek wisata studi lapangan, melalui berbagai kerja sama dengan sekolah dan perguruan tinggi.

Memajukan suatu wilayah tidak harus dengan cara mendatangkan investor. Kerja sama lintas instansi, optimalisasi potensi lokal, menggugah kapasitas ilmuwan, pengusaha, dapat diajak untuk berkontribusi bagi kemajuan daerahnya.

Kemudian ada potensi perbukitan seperti Gunung Kajar dengan pencitraannya yang kental nuansa budawinya.

Air pegunungan yang dapat dioptimalkan untuk kepentingan orang banyak melalui  teknologi pengolahan minimal yang bernuansa wisata.
Perbukitan di sebelah Pantai Bonang dapat didesain sebagai arena wisata yang kental dengan sejarah, terutama perbukitan sujudan (petilasan Sunan Bonang).

Pegunungan kapur di Kecamatan Pamotan dapat dijadikan objek wisata ilmiah, melalui kerja sama dengan perguruan tinggi.  Gunung Bugel (ada yang menyebut Gunung Lasem) sarat dengan dongengnya.

Potensi lainnya adalah batik lasem dengan nuansa warna merahnya yang khas. Produk kerudung, hasil keterampilan bordir, dan payet  banyak berkembang di Kecamatan Sedan.

Tumbuhan kawis dengan rasa yang khas, dapat diolah lewat keterampilan teknologi tepat guna untuk usaha kecil dan menengah, demikian pula dengan buah mangganya

Makanan khas lontong tuyuhan yang ’’habitatnya’’ dikitari oleh perkebunan tebu dapat lebih digarap melalui penataan kios yang lebih menarik untuk mendatangkan lebih banyak lagi wisatawan kuliner.      

Potensi pondok pesantren (ponpes) juga layak diperhitungkan. Kualitas santri dapat ditingkatkan lagi melalui berbagai pendidikan keterampilan yang sarat muatan lokal. Kapabilitas pengasuhnya, termasuk para kiai, bisa diberdayakan sebagai mitra untuk memberikan kontribusi bagi kemajuan daerah.

Potensi sekolah/ madrasah juga dapat dioptimalkan melalui konsep pembelajaran yang memanfaatkan potensi lokal. Upaya itu dapat diberikan sejak dini, sebagai konsep pembelajaran mandiri yang berbasis KBK. Guru pun dituntut lebih kreatif dan inovatif.

Misalnya pembelajaran pembuatan garam (kimia), membuat batik (seni), pengamatan kondisi habitat laut (biologi), perjalanan Cheng Ho (sejarah) dan lain-lain. Berbagai keterampilan dapat diberikan kepada kelompok PKK.

Peran ormas (Muhammadiyah, NU, Aisyiyah dan sebagainya) harus banyak dilibatkan karena semangat (ghiroh)-nya yang tinggi. Pencitraan potensi lokal melalui berbagai sasaran juga perlu digalakkan, seperti perluasan pemakaian seragam batik.

Terkait dengan tulisan Sunarto Wage, bahwa terbuka dengan investor bisa dijawab ya atau tidak. Yang terpenting adalah melakukan kajian mendalam sebelum menggulirkan program. Tidak semua yang modern pasti menguntungkan, untuk dijadikan sebagai indikasi suatu kemajuan.

Salah satu kuncinya adalah bagaimana agar masyarakat selalu siap menghadapi suatu perubahan, yang telah sedemikian pesatnya. Yang perlu  digarisbawahi adalah jika kita merasa tidak memiliki kemampuan maka selamanya kita tidak pernah jadi orang besar. (10)

— Eny Winaryati, asli Rembang, dosen di Universitas Muhammadiyah Semarang
Wacana Suara Merdeka, 2 Desember 2009