17 November 2009

» Home » Suara Merdeka » Saatnya Rembang Punya Mal

Saatnya Rembang Punya Mal

REMBANG, kabupaten di pantura Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan wilayah Kabupaten Tuban, Jatim, punya peran penting.

Konteks itu bertalian dengan akselerasi pembangunan suatu wilayah, mengingat kemajuan fisik kota daerah, termasuk ketersediaan fasilitas umum, sangat mudah dilihat oleh pendatang.


Kabupaten Tuban yang saat ini dipimpin seorang perempuan sedang getol-getolnya membangun. Komparasi itu tercermin ketika seseorang berkendara menuju Surabaya lewat jalur pantura akan melihat jelas kondisi kota Tuban dan Rembang.
Secara umum tipologi kota tersebut tidak jauh berbeda.

Keduanya sama-sama sedang membangun, dan budaya warganya punya banyak kesamaan. Namun ada perbedaan, yang diungkapkan secara guyon.

Saat ini kepala daerah berlomba-lomba membangun wilayahnya untuk meningkatkan kesejahteraan warganya tentunya dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki.

Bila kita menghadap ke utara, sepanjang pantai Rembang, dari Kecamatan Sarang membentang ke barat sampai Kaliori, tengoklah ke kanan. Kita bisa melihat pesatnya pembangunan di Kabupaten Tuban dan Lamongan.

Begitu juga bila menengok ke kiri kita dapat melihat pesatnya pembangunan di Pati dan Kudus. Dan bila berpaling ke selatan kita melihat cepatnya akselerasi pertumbuhan Blora dengan ikon blok Cepunya.

Sudah saatnya masyarakat Rembang menyadari penyebab ketertinggalannya, dan jangan sebaliknya mencari kesalahan pada pihak lain.

Sudah berulang kali wakil rakyat Rembang studi banding ke daerah lain, tapi hasil dari studi itu belum banyak diimplementasikan untuk kemajuan daerahnya.

Akhir-akhir ini, sebagian masyarakat Rembang disibukkan oleh perbincangan terkait rencana pendirian Mall Ramayana yang rencananya berlokasi di sekitar Taman Rekreasi Partai Kartini (TRPK) berdekatan dengan kantor pemerintahan kabupaten dan gedung DPRD.

Sebagian masyarakat ada yang mendukung , dan sebagian lagi menyatakan tidak setuju atas rencana pendirian pusat perbelanjaan modern itu.

Kelompok pedagang kecil menyatakan ketidaksetujuannya, namun sejumlah kaum wanita, terutama yang berpenghasilan menengah ke atas, punya pendapat berbeda. Mereka berdalih ingin kotanya memiliki pusat perbelanjaan modern seperti kota-kota besar lainnya.

Selama ini banyak dari mereka yang menyatakan mendukung gagasan tersebut, harus pergi ke Kudus atau kota lain terdekat, jika ingin berbelanja atau shopping. Bahkan ada ’’sengaja’’ ke Semarang hanya untuk berbelanja ke supermarket.

Masyarakat Rembang pasti sangat terbuka dengan investor yang mau menanamkan modalnya di daerah itu, apalagi bisa memberikan kontribusi secara ekonomi. Masyarakat telah banyak belajar dari pembangunan PLTU Sluke dan bisa merasakan dampak positif dan negatifnya.

Untuk menggerakkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat ke arah yang lebih baik, masyarakat harus bisa bekerja sama agar investor. Akan sangat sulit memajukan wilayah itu kalau hanya mengandalkan APBD tanpa peran para investor.

Upaya menarik investor bukanlah pekerjaan yang mudah karena penanam modal memiliki daya tawar yang kuat. Apalagi setiap daerah berlomba-lomba menarik investor. Para penanam modal akan selalu menganalisis kelayakan bisnisnya sebelum memutuskan berinvestasi.

Jadi, masyarakat Rembang tidak perlu khawatir dengan hadirnya mal atau pusat perbelanjaan modern di kotanya. Soalnya, keberadaan mal secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, terlebih lagi bila pengelola mau bermitra dengan pelaku ekonomi lokal. Misalnya terkait mal itu, lantai 1 diperuntukkan pedagang kecil dengan harga sewa terjangkau.

Sebenarnya sah-sah saja membangun mal, hanya yang perlu dikaji lebih mendalam adalah mengapa lokasinya harus berdekatan dengan taman rekreasi dan instansi pemerintahan. Ke depan, bila perlu taman rekreasi itu yang sudah dikenal masyarakat diperluas sehingga bisa menambah daya tariknya. Jangan malah sebaliknya dipersempit lahannya hanya untuk membangun mal.

Membangun tempat usaha yang di lokasi strategis memang menguntungkan tapi dengan kemajuan teknologi dan mudahnya alat transportasi, lokasi strategis bukan satu-satunya penentu. Keberhasilan usaha saat sekarang lebih ditentukan oleh kualitas produk dan kualitas pelayanan termasuk harga yang kompetitif.

Perlu dipikirkan oleh pengelola mal bahwa konsumen nantinya tidak hanya dari luar tapi terbesar adalah masyarakat kota Rembang sendiri. Jadi, silakan membangun asal bisa memberi manfaat bagi warga daerah itu, pemkab, termasuk pedagang kecilnya. (10)

– Sunarto Wage SE MSi, warga Rembang, dosen Universitas Putra Batam

Wacana Suara Merdeka 17 November 2009