Adalah kenyataan bahwa industri (kerajinan) rakyat, merupakan salah satu pilar ekonomi rakyat di Kabupaten Bantul. Mengapa demikian? Pertama, karena industri kerajinan (rakyat), memberikan nilai tambah bagi gerak maju pariwisata. Ragam kerajinan, dengan keunikan khas daerah, menjadi daya tarik tersendiri, yang ikut mendongkrak angka kunjungan wisata. Kedua, karEna industri kerajinan (rakyat), ikut memberikan sumbangan yang signifikan dalam memperluas lapangan kerja, dan dengan sendirinya menjadi kekuatan yang mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dari statistik ketenagakerjaan, sekitar delapan belas persen rakyat Bantul, menggantungkan hidupnya dari gerak maju industri kerajinan. Oleh sebab itulah, Pemerintah Kabupaten Bantul terus berikhtiar memperkuat kinerja sektor kerajinan, karena perbaikan kesejahteraan perajin, berarti perbaikan kualitas hidup lebih dari delapan belas persen rakyat Bantul.
Produktivitas
Sebagai bangsa merdeka, kita tentu saja memiliki cita-cita luhur untuk mentransformasikan kehidupan rakyat, menjadi lebih baik dan lebih bermakna. Kemerdekaan bangsa, seharusnya bermakna luas, dan tidak sekadar sebagai kemerdekaan politik, melainkan juga ekonomi dan budaya. Tidak mungkin kita menjadi merdeka apabila di bidang ekonomi, kita masih bergantung pada bangsa lain, atau bahkan sekadar menjadi pasar dari produk bangsa lain. Oleh sebab itulah, salah satu derivasi utama dari kemerdekaan adalah bagaimana mempertemukan antara kekuatan produktif bangsa dengan seluruh sumber daya yang ada, sehingga dari sana terbangun suatu produktivitas nasional yang mampu membawa rakyat dalam hidup yang lebih baik dan lebih mulia.
Pada titik inilah kita membutuhkan suatu strategi ekonomi yang mampu menggerakkan peningkatan produksi yang berimpit dengan peningkatan kesejahteraan rakyat. Dalam konteks industri kerajinan (rakyat), tantangan yang ada, memang jauh lebih kompleks. Mengapa dikatakan demikian? Hal ini disebabkan karena industri yang berbasis pada kekuatan rakyat, pada dasarnya adalah himpunan dari rumah-rumah produksi dalam skala rumahan, yang jauh dari sentuhan teknologi, baik teknologi produksi, desain, manajemen ataupun transaksi. Pada satu sisi, industri rakyat, memiliki kekuatan yang sangat hebat, terutama jika dilihat dari segi kreativitas, daya hidup dan keberanian untuk menembus risiko. Namun, pada sisi yang lain, industri rakyat, kerapkali terbata-bata ketika berhadapan dengan logika pasar global. Tanpa sentuhan pemberdayaan, proteksi dan subsidi, maka yang “kecil” akan mudah digeser oleh yang besar, atau bahkan dihilangkan. Dalam kondisi demikian, produktivitas pastilah tidak berimpit dengan peningkatan kesejahteraan rakyat.
Pasar Berkualitas
Tantangan strategis dalam membangun suatu produktivitas yang berkualitas, yakni produktivitas yang meningkatkan kesejahteraan rakyat, adalah bagaimana mendekatkan antara produsen (perajin) dengan konsumen. Hal ini, memang bukan pekerjaan mudah, mengingat jaring-jaring pasar telah terbentuk dan mewujud sebagai suatu jaringan pasar yang kurang ramah dengan industri kerajinan rakyat. Ketika ada upaya mendekatkan produsen dan konsumen, dapat dipastikan akan ada upaya yang menghambat gerak majunya dan tentu pula ada yang mendukung. Pemerintah Kabupaten Bantul dalam hal ini berusaha mendekatkan produsen dan konsumen, bentuk pengadaan Pasar Seni Gabusan (PSG). Kita menyadari bahwa keberadaan PSG bukanlah akhir dari perjuangan memperkuat posisi tawar perajin, melainkan awal dari jalan panjang yang harus dilalui bersama, untuk membangun suatu pasar yang berkualitas.
Pasar berkualitas adalah pasar yang mampu meningkatkan transaksi sehat, yakni transaksi yang memberdayakan, memperkuat dan meningkatkan pendapatan perajin, serta pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan perajin. Tentu saja suatu pasar berkualitas membutuhkan daya dukung infrastruktur yang memadai, baik infrastruktur yang menopang produksi dengan standar mutu, transaksi berskala ekspor dan promosi. Pasar jenis ini hanya mungkin dibangun oleh big capital, dan tidak mungkin dibangun oleh industri kerajinan rakyat. Di sinilah sebenarnya peran strategis yang hendak dimainkan oleh PSG. Sebagai “pasar”, PSG tidak saja sebagai tempat transaksi berjalan, melainkan juga memainkan peran promotif, mediasi, dan sekaligus pemberdayaan. Produk-produk perajin kecil yang selama ini tidak dapat mengakses pasar global, atau tidak mampu mengakses ruang-ruang pamer yang berkualitas, diharapkan dapat “didongkrak” dan pada akhirnya dapat menjadi komoditi yang membawa keuntungan bagi rakyat.
Penutup
Pembangunan suatu pasar berkualitas, tentu tidak bisa dilakukan “semalam”. Dibutuhkan waktu, ketekunan, kerja keras dan kontinuitas, agar kondisi yang dimaksud dapat dicapai. Diakui pula bahwa usaha yang dilakukan masih jauh dari memadai, terutama jika dikaitkan ketatnya persaingan usaha. Oleh sebab itulah, kerja sama dengan semua pihak amat dibutuhkan, terutama berkait dengan perluasan akses dalam permodalan, teknologi, dan pasar.
Pada sisi yang lain, kita berharap bangkit kesadaran baru di kalangan perajin, terutama untuk meningkatkan etos produksi, terus berkreasi dan menciptakan produk berkualitas, dan membangun kemandirian. Saling sinergi, antara rakyat (perajin), pasar berkualitas dan pemerintah, tentu saja akan mampu membangun industri kerajinan rakyat, yang berciri gerak tumbuh berimpit antara produktivitas dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Menguatnya industri kerajinan (rakyat) merupakan jalan bagi perbaikan kualitas hidup rakyat dan kejayaan bangsa di masa depan. q - k . (1395-2009).
*) Drs HM Idham Samawi, Bupati Bantul. Tulisan ini hasil kerja sama
Pasar Seni Gabusan dengan KR.
Opini Publik Kedaulatan Rakyat-Selasa 17 Nopember 2009
17 November 2009
» Home »
Kedaulatan Rakyat » Industri (Kerajinan) Rakyat ; Memperkuat Sinergi Produksi dan Pasar Kerajinan
Industri (Kerajinan) Rakyat ; Memperkuat Sinergi Produksi dan Pasar Kerajinan
Thank You!
Industri (Kerajinan) Rakyat ; Memperkuat Sinergi Produksi dan Pasar Kerajinan
Related Posts :
- Obama dan Duri "Newspeak"
- Umat Islam dikejutkan oleh wafatnya Grand Syaik al-Azhar, Sayed Tantawi di Riyadh, Rabu (10/3). Almarhum sebenarnya dijadwalkan akan menerima penghargaan dari Kerajaan Arab Saudi dalam perannya mengampanyekan dan mengembangkan dakwah Islam yang moderat dan toleran. Namanya tercatat sebagai The Most 500 Influential Moslem. Penulis selama jadi mahasiswa Universitas al-Azhar (1995-1999) pernah beberapa kali bertemu dengan almarhum untuk sebuah wawancara jurnal ilmiah yang dikelola mahasiswa Indonesia dan pengajian yang rutin dilakukan setiap minggu di masjid dekat rumahnya. Dalam salah satu komentarnya, ia menyambut baik hubungan antaragama sembari meminta agar senantiasa mengembangkannya meski ada tantangan dari beberapa kelompok yang tidak menghendaki hal itu. Ia membangun silaturahim yang intensif dengan pemuka agama-agama lain di Mesir. Komitmen Tantawi terhadap toleransi begitu besar, yang ditunjukkan tidak hanya sekadar wacana belaka. Ia pernah menerima pemuka Yahudi di kantornya. Sikap tersebut ditentang para ulama al-Azhar lain karena dianggap tidak bersimpati dengan rakyat Palestina yang selama ini ditindas oleh Israel. Tantawi menjawab protes, bahkan demonstrasi yang dilakukan ribuan mahasiswa al-Azhar pada masa itu, dengan ungkapan, ketidaksetujuan kita terhadap Israel tidak menghalangi silaturahim dengan para pemuka Yahudi. Pertemuan tersebut justru dapat dijadikan sebagai medium menyampaikan aspirasi umat Islam terhadap penindasan yang dilakukan oleh Israel kepada rakyat Palestina. Sikap yang diambil oleh Tantawi mengingatkan kita kepada sosok Gus Dur, yang berani mengambil sikap berbeda dengan kalangan mayoritas sekalipun. Keberanian tersebut bukan tanpa dasar. Fundamennya adalah toleransi yang merupakan inti ajaran Islam meski tanpa menutup mata terhadap ketidakadilan yang dilakukan oleh Israel. Makna luas jihad Begitu pula, tatkala terjadi perang antara Israel dan Hizbullah, Lebanon Selatan, Tantawi melarang orang-orang Mesir yang hendak ikut serta dalam perang tersebut. Ia memandang bahwa jihad mempunyai makna yang luas, yang tidak hanya bermakna perang. Mendidik anak dan membangun keluarga harmonis merupakan salah satu elemen jihad yang juga penting. Ia tidak mendukung mereka yang ingin ikut serta dalam perang melawan Israel di Lebanon Selatan. Berjihad dalam mengentaskan orang dari kemiskinan dan mencerdaskan umat di Mesir jauh lebih penting daripada berperang di Lebanon Selatan. Jihad ke Lebanon Selatan, menurut Tantawi, adalah kewajiban representatif (fardh kifayah), yang mana tak ada kewajiban bagi setiap individu selama ada orang-orang yang melakukannya. Satu hal yang menarik pascaperang tersebut bahwa Hizbullah mampu mengalahkan Israel. Tanpa keterlibatan orang-orang Mesir dalam perang tersebut, Israel justru dipaksa untuk mundur dan menghentikan perang karena Israel harus menelan kerugian dan tak mampu melumpuhkan kekuatan Hizbullah. Bahkan, pascaperang tersebut, Hizbullah justru semakin berkibar. Perihal sikap Tantawi terhadap kebiadaban Israel sangat tegas. Usamah Khalil, Deputi Dubes Mesir untuk Arab Saudi, yang mendampingi almarhum dalam detik-detik akhir hidupnya menyampaikan keprihatinan yang begitu mendalam terhadap masalah Palestina yang tidak kunjung selesai akibat penindasan yang dilakukan Israel setiap waktu. Di samping itu, kesedihan yang amat mendalam terhadap konflik internal di antara faksi politik di dalam Palestina sendiri (al-Syarq al-Awsat, 11/3). Secara paradigmatik, pandangan Tantawi yang notabene merupakan pemegang resmi kendali keagamaan di Mesir adalah jalur moderasi. Dalam relasi agama dan negara, ia memandang perlunya agama dapat mewarnai ruang publik dengan nilai-nilai yang konstruktif, bukan justru menjadikan agama sebagai stempel atas kepentingan politik, sebagaima dilakukan oleh beberapa pihak di Mesir. Oleh sebab itu, meskipun arus terbesar yang berkembang di Mesir pada umumnya dan al-Azhar secara khusus adalah konservatif, Tantawi tetap pada pendiriannya dalam memilih moderasi, jalan tengah untuk menjaga keseimbangan dan kelenturan. Jilbab dan cadar Dalam pandangannya, rasionalitas dan kemaslahatan harus menjadi pertimbangan dalam menentukan sebuah pandangan. Salah satu pandangannya yang ditentang keras adalah pemakaian jilbab bagi para perempuan muslimah di Perancis. Pada saat itu terjadi polemik yang sangat tajam soal larangan Pemerintah Perancis bagi perempuan yang berjilbab di sekolah-sekolah umum dan pemerintahan. Hal tersebut mendapatkan respons keras dari berbagai dunia Islam, termasuk di Tanah Air. Akan tetapi, Tantawi dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada kewajiban bagi perempuan muslimah untuk menggunakan jilbab di negara-negara yang tidak menganut hukum Islam, seperti di Perancis. Mereka harus menghargai konstitusi yang dianut oleh negara tersebut. Yang paling mutakhir adalah larangan terhadap perempuan untuk memakai cadar di lingkungan lembaga pendidikan al-Azhar. Alasannya, karena cadar bukanlah ajaran yang ditetapkan di dalam Al Quran dan Sunnah Nabi. Pemakaian cadar merupakan bagian dari tradisi, bukan bagian dari agama. Harus diakui, sejumlah pandangan di atas perlu dipertimbangkan untuk mengedepankan sikap moderat daripada sikap ekstrem. Apalagi al-Azhar merupakan salah satu menara pemikiran keislaman yang selama ini dijadikan kiblat oleh dunia Islam. Barangkali banyak pihak yang menentang pandangan Tantawi, tetapi dalam beberapa tahun ke depan pandangan tersebut menyimpan mutiara yang amat penting karena di balik pandangan dan sikap progresif tersebut tersimpan mutiara perihal pentingnya sikap toleran dan moderat. Mau tak mau, pada era global dituntut pandangan keagamaan yang dapat mewarnai hubungan antarmasyarakat dengan sebuah sikap yang lebih lentur dan moderat, dengan tanpa kehilangan identitas. Hal-hal yang prinsip dalam agama harus ditegakkan dengan konsekuen dan konsisten, tetapi hal-hal yang dimungkinkan untuk dirasionalisasi dan diakulturasi untuk kemaslahatan umat harus dilakukan dengan saksama dan penuh tanggung jawab. Tantawi dikenal sebagai sosok yang lemah lembut dan tak meledak-ledak. Tutur katanya sangat pelan dan santun. Namun, dari dalam dirinya muncul sebuah keberanian yang sangat luar biasa untuk menancapkan panji-panji moderasi. Semoga jasa beliau tersebut dapat menjadi teladan baik bagi generasi muda yang haus perubahan dan perbaikan umat ke arah yang lebih konstruktif. Selamat jalan, guruku. Zuhairi Misrawi Alumnus Universitas al-Azhar, Cairo, Mesir, dan Ketua Moderate Muslim Society
- Akhir Sebuah Drama
- Memasyarakatkan Industri Pariwisata
- Industri (Kerajinan) Rakyat ; Memperkuat Sinergi Produksi dan Pasar Kerajinan
- Mengkritisi ’ Bahasa Jawa Day’ di Sekolah
- MENYAMBUT FESTIVAL MERAPI 2009 ; Kearifan Lokal Menopang Mitigasi Bencana
- Rendra dan Negeri Koruptor
- Kepemimpinan NU Masa Kini