13 April 2010

» Home » Suara Merdeka » Reorientasi Industri Mebel Jepara

Reorientasi Industri Mebel Jepara

TANGGAL 10 April 2010 adalah hari jadi ke-461 Jepara. Inilah hari jadi pertama bagi Kota Ukir dalam suasana ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA).

Pemberlakuan ACFTA sejak 1 Januari lalu itu jelas memengaruhi tingkat persaingan dan pasar industri  mebel Jepara, baik di pasar regional maupun domesti, karena tarif bea masuk dari dan ke sesama anggota ASEAN-China menjadi 0 persen.

Industri furnitur Jepara tidak hanya bersaing dengan negara peserta ACFTA di luar negeri, di dalam negeri pun industri ini akan menghadapi persaingan yang makin ketat dengan perusahaan-perusahaan dari negara tetangga.


Di sisi lain, industri mebel Jepara terdesak oleh meningkatnya  harga bahan baku kayu solid yang kian hari kian langka dan  mahal.  Keterjepitan ini semakin menjadi-jadi  dengan adanya kecenderungan perang harga antarpengusaha Jepara.

Tidak sedikit perusahaan Jepara yang menderita kerugian dan gulung tikar karena keterjepitan ini.

Jika tahun 2000 ada sekitar 450 eksportir, saat ini tinggal separo yang masih aktif. Sisanya adalah eksportir yang kesulitan dalam mendapatkan order.

Untuk keluar dari keterjepitan persaingan era ACFTA, bahan baku dan perang harga ini, industri mebel jepara perlu bergerak dari membuat sesuai pesanan menuju membangun merek yang diakui oleh pembeli akhir. Jika sasaran pasar mengakui bahwa suatu merk mebel memberikan manfaat fungsional dan emosional secara positif, berarti merek terbangun dan peluang pengembangan pasar dan nilai jual akan berkembang secara berkelanjutan.

Manfaat fungsional antara lain kenyamanan, keamanan, kekuatan produk, sedangkan manfaat emosional antara lain kebanggaan, rasa memenuhi tanggung jawab etis dalam ikut serta menjaga lingkungan hidup, misalnya.

Langkah membangun merek yang diakui pelanggan akhir tidak cukup hanya membuat nama dan logo. Diperlukan pemahaman yang cermat tentang  kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan, rumusan citra yang mengena (positioning), promosi, tawaran produk yang menarik, dan akses untuk mendapatkan produk.

Mengapa membangun merek semakin diperlukan di tengah ACFTA dan era informasi ini? Setidaknya ada empat alasan pentingnya membangun merek.

Pertama, untuk meningkatkan nilai jual. Tanpa merek, industri Jepara hanya menjadi pembuat sesuai pesanan dari pedagang  perantara. Posisi ini membuat pengusaha Jepara memperoleh nilai tambah yang jauh lebih kecil dibanding pedagang perantara ini.

Berlakulah ungkapan bahwa pedagang lebih berkuasa dari pembuat. Mengapa? Pedagang  lebih tahu dari pembuat tentang keinginan dan daya beli konsumen akhir. Dia bisa merancang produk yang akan disukai konsumen akhir.  Produsen tidak bisa menjual langsung kepada konsumen akhir, selain melalui pedagang perantara.  Ketergantungan ini membuat pedagang dengan mudah menekan harga.

Ketergantungan ini bisa diakhiri jika pengusaha jepara membangun merek di mata konsumen akhir. Jika produk industri mebel Jepara sudah diakui mereknya, nilai jual akan berlipat jauh lebih tinggi. Dalam aturan main ACFTA, nilai tambah dari bisnis yang bermerek akan jauh lebih menguntungkan
Makin Mendekatkan Kedua, membangun merek ini diperlukan untuk perluasan pasar. Di tengah memasyarakatnya teknologi informasi bagi warga Jepara ini, merek akan semakin mendekatkan konsumen akhir dengan produsen. Konsumen akhir bisa langsung berhubungan dengan produsen melalui internet, cukup dengan mengetahui mereknya. Dengan demikian merek membantu memperpendek jalur distribusi.

Ketiga, membangun merek ini penting karena kualitas ukir Jepara berpotensi untuk menjadi merek yang membanggakan pemakainya. Kemahiran ukir Jepara adalah akumulasi pengetahuan dan pengalaman masyarakat Jepara secara turun temurun selama ratusan tahun. 

Ukiran Jepara dikenal lebih hidup, halus seperti sutera, ngrawit seperti rambut. Kemahiran ini tidak mudah ditiru begitu saja oleh masyarakat dari daerah lain ataupun dari luar negeri.

Keempat, membangun merek ini semakin perlu dilakukan karena ditunjang oleh teknologi informasi yang semakin terjangkau. Riset pelanggan dan promosi ke luar negeri tidak harus dilakukan dengan membuat iklan di media luar negeri yang harganya mahal, tapi sekarang bisa dilakukan dengan  melalui sarana-sarana promosi di internet, baik melalui web, portal business to business, auction,  periklanan dan sebagainya.

Contoh sarana yang mempertemukan pedagang besar dan produsen adalah indonetwork.com, alibaba.com dan globalresources.com, sedangkan contoh sarana yang mempertemukan produsen dan pembeli retail adalah ebay.com. Sarana promosi ini jauh lebih terjangkau biayanya daripada promosi melalui media massa luar negeri. (10)

— Nasir Syar’an SIP, staf pemasaran Griya Jepara

Wacana Suara Merdeka 14 April 2010