17 November 2010

» Home » Suara Merdeka » Injeksi Penanganan Longsor Jalan Tol

Injeksi Penanganan Longsor Jalan Tol

PROYEK jalan tol Semarang-Solo sampai saat ini juga belum selesai karena beratnya medan  dan cuaca yang tidak menentu, yang secara tidak langsung mengganggu proses penyelesaian jalan bebas hambatan sepanjang 75,7 km tersebut.

Jalan itu terbagi dalam 5 ruas, yakni seksi 1 Tembalang-Ungaran sepanjang 16.3 km, seksi 2 Ungaran-Bawen 13.33 km, seksi 3 Bawen- Salatiga 18.2 km, seksi 4 Salatiga-Boyolali 22.4 km, dan seksi 5 Boyolali-Karanganyar 11.1 km.


Selain kendala faktor cuaca, pada seksi 1 ruas Gedawang-Penggaron tepatnya antara sta 5+500 dan 5+800 ditemukannya lapisan tanah yang rawan longsor.

Kondisi lapisan tanah di daerah itu sangat labil terhadap gerakan tanah (kelongsoran lereng). Di lokasi tersebut ditemukan lapisan tanah clay shale atau tanah lempung yang menyerpih pada kedalaman bervariasi antara 8 meter dan 14 meter dari permukaan.

Di atas clay shale tersebut ada lapisan tanah koluvial yaitu campuran silt, sand, dan gravel. Susunan lapisan seperti itu menyebabkan perbatasan antara lapisan clay shale dan lapisan di atasnya berisiko menjadi bidang longsoran.

Risiko longsor itu dipicu dengan adanya aliran air (seepage) yang dari hulu ke hilir melewat badan jalan di atas lapisan clay shale itu, ditambah lagi adanya timbunan yang sangat tinggi, yaitu sekitar 15 meter, di lokasi tersebut.

Untuk mendeteksi risiko longsor, kontraktor sudah memasang 9 detektor, yaitu inklinometer, untuk mencatat pergerakan tanah yang terjadi tiap hari. Data yang dicatat bisa untuk mengetahui kedalaman bidang longsor dan besarnya pergerakan tanah. Data mengenai kedalaman bidang longsor yang dideteksi oleh inklinometer juga bisa dipakai untuk menentukan lokasi lapisan tanah yang longsor.

Penanganan kondisi labil tersebut sudah melibatkan banyak ahli geoteknik, termasuk mendengarkan saran dari pakar teknik sipil agar kontraktor melakukan grouting,

yakni salah satu rekayasa teknik dengan cara menginjeksikan grouts (bisa semen, bentonite, clay, atau bahan kimia) dalam volume tertentu ke lapisan tanah atau batuan yang akan ’’diperbaiki’’ kualitas daya dukungnya. Injeksi tersebut biasanya dilakukan melalui lubang yang dibor.
Tiang Struktural Pelaksanaan grouting umumnya dilakukan pada pekerjaan pertambangan (saat penggalian) atau sewaktu pengeboran agar tidak terjadi keruntuhan. Metode itu juga dilakukan pada pembangunan dam atau waduk, dengan tujuan untuk memperkecil rembesan tanah. Kondisi tanah yang cocok untuk di-grouting adalah tanah/ material lepas, batuan retak (fissured), atau tanah yang banyak mengandung rongga.

Penginjeksian material itu bertujuan memperkuat tanah atau batuan yang retak dan membuat lapisan tanah itu menjadi kedap air (watertight).

Melihat kondisi batuan di ruas jalan tol yang rawan longsor tersebut, menurut saya rekayasa teknik dengan model grouting tidak akan banyak membantu mengingat lapisan di lokasi  itu berupa clay shale dan di atasnya ada tanah granular. Grouting hanya bisa memperkuat parameter tanah di atas lapisan clay shale, namun tidak akan dapat menyatukan lapisan clay shale dengan lapisan granular di atasnya.

Risiko lain apabila dipaksakan dilakukan grouting adalah air rembesan yang harusnya bisa mengalir ke hilir akan terjebak dan kembali akan masuk ke timbunan tanah yang bisa menyebabkan kelongsoran pada badan jalan. Untuk mengatasi kondisi labil di ruas tersebut sebaiknya dilakukan penanganan struktural yang lebih pasti, yakni melakukan perkuatan untuk menahan terjadinya longsor.

Salah satunya adalah dengan memasang tiang beton struktural (bor pile) dengan tulangan yang ukurannya memadai. Berdasarkan pengamatan lapangan,  kontraktor saat ini sudah melakukan pemasangan bor pile untuk mengejar penyelesaian proyek pada Desember 2010. Kita tentu sangat berharap tahun 2011 jalan tol Semarang-Solo seksi 1 Tembalang (Kota Semarang)-Ungaran (Kabupaten Semarang) sepanjang 16.3 km tersebut sudah bisa digunakan sehingga bisa mengurangi kepadatan di daerah Srondol. (10)

— Ir Suparman MT, Ketua Umum Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI) Jawa Tengah
wacana suara merdeka 18 oktober 2010