30 Mei 2010

» Home » Suara Merdeka » Wisata Atap Hijau Simpanglima

Wisata Atap Hijau Simpanglima

AHLI klimatologi menemukan fenomena yang disebut UHI urban heat island (UHI) yaitu bahwa temperatur udara di daerah perkotaan lebih panas 4-5 derajat Celcius dibandingkan daerah pedesaan di sekitarnya.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya vegetasi di perkotaan dibandingkan daerah pedesaan yang masih hijau oleh pohon-pohon dan tanaman lainnya.
Luasan ruang terbuka hijau (RTH) di perkotaan terus berkurang dari tahun ke tahun digantikan dengan bangunan beratap beton. Di Jakarta misalnya pada rencana induk Jakarta 1965-1985 dialokasikan RTH seluas 37,2%, pada rencana umum tata ruang Jakarta 1985-2005 berkurang menjadi 25,85%, dan pada rencana tata ruang wilayah Jakarta 2000-2010 hanya mengalokasikan seluas 13,94%.


Masalah seperti ini merupakan gejala umum yang dialami oleh semua kota-kota di dunia. Tentu saja kota Semarang tidak luput dari permasalahan ini. Meskipun tidak ada data statistik mengenai berkurangnya RTH di kota Semarang, secara kasat mata dapat dilihat makin padatnya bangunan di kota Semarang seperti halnya kota-kota besar di Indonesia pada umumnya.

Salah satu alternatif yang ditawarkan oleh para arsitek untuk mengatasi masalah penghijauan di perkotaan adalah gagasan “atap hijau”. Di Jerman gerakan menghijaukan atap beton pada 1996 telah mencapai 10 juta m2. Selanjutnya gerakan ini berkembang di beberapa negara Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada. Di Asia beberapa negara seperti Singapura, Hong Kong, Jepang, dan Korea gencar menggalakkan gerakan penghijauan atap ini.

Pemerintah Jepang sejak 1 April 2004 mewajibkan 20% dari areal gedung bertingkat sebagai ruang hijau. Di Hong Kong telah ditetapkan peraturan mengenai atap hijau bagi bangunan tinggi yang ditandatangani oleh tiga menteri (bidang bangunan, bidang lahan, dan bidang perencanaan). Di Singapura program atap taman menjadi bagian dari program Singapura sebagai kota taman. Hasil penelitian di Jepang menunjukkan bahwa suhu permukaan atap hijau jauh lebih rendah dibandingkan dengan permukaan aspal. Taman atap hijau menyerap air hujan, menyimpan air sementara di lapisan tanah, dan mendinginkan atap. Dapat mendinginkan suhu dalam bangunan 3-4  derajat Celcius berarti  mengurangi penggunaan energi listrik alat pengkondisi udara (AC).

Di samping manfaat ekologis atap hijau di Jepang dikembangkan menjadi ruang rekreasi. Salah satunya adalah yang dilakukan pada atap stasiun Kyoto yang menyediakan tempat duduk bagi pengunjungnya dan dari sini dapat dilihat pemandangan kota hingga batas cakrawala, yang tidak dapat ditemukan pada taman di darat.

Kawasan Simpanglima terdiri atas lapangan terbuka di tengah yang dikelilingi oleh bangunan yang berfungsi sebagai perdagangan ritel yang merupakan tujuan wisata belanja bagi warga kota. Di sisi utara terdapat Mal Ciputra, sisi timur Plasa Simpanglima dan pertokoan eks Mickey Morse, di sisi selatan Mal Ramayana, di sisi barat Plasa GajahMada.
Menikmati Pemandangan Pengunjungnya bukan hanya warga Semarang tetapi juga dari daerah sekitarnya seperti Ungaran, Salatiga, Kendal, Demak, Purwodadi, Magelang, dan sebagainya. Pengunjung sangat padat pada hari-hari libur.

Apabila atap beton bangunan-bangunan yang berada disekeliling Simpang Lima dihijaukan maka aktivitas wisata belanja menjadi lebih menarik. Setelah lelah berkeliling di mal, pengunjung bisa naik ke atap untuk beristirahat dalam suasana yang sejuk oleh adanya tanaman dan dapat menikmati pemandangan kota dari atas.

Bagian atap dapat dilengkapi dengan taman bermain bagi anak-anak dan taman botani sebagai wahana pendidikan. Dimungkinkan juga berfungsi komersial misalnya untuk area bazar tanaman hias. Untuk melengkapi acara istirahat di taman atap dapat dihadirkan penjual makanan dan minuman secara selektif dengan model PKL.

Namun jangan lupa untuk merealisasikannya perlu terlebih dahulu dikonsultasikan mengenai kekuatan konstruksi atap beton dengan adanya beban tambahan manusia, tanah dengan kandungan air, dan jenis tanaman yang akan ditempatkan. Dan bagaimana cara memperkuat konstruksinya bila diperlukan. Laboratorium konstruksi Undip tentu dapat memberikan saran yang diperlukan untuk itu.

Wisata atap hijau akan menambah daya tarik kawasan Simpanglima sebagai ikon kota Semarang di samping memberikan manfaat ekologis yang nyata yaitu mengurangi polusi udara dan menurunkan temperatur udara, sekaligus mendukung Millenium Development Goals. (10)

— Gatoet Wardianto, warga Kecamatan Banyumanik Semarang 

Wacana Suara Merdeka 31 Mei 2010