27 September 2009

» Home » Bisnis Indonesia » KTT G-20 di tengah optimisme global

KTT G-20 di tengah optimisme global

KTT para pemimpin 20 negara (G-20) akan berlangsung di Pittsburgh, Pennsylvania, AS, 24-25 September 2009. Dibandingkan dengan dua pertemuan puncak sebelumnya, yakni di Washington dan di London, acara di Pittsburgh akan dilangsungkan dalam suasana yang lebih optimistis terhadap prospek perekonomian dunia.
Kebijakan stimulus fiskal dan penurunan suku bunga (counter cyclical) secara bersama-sama dari seluruh negara G-20 memulihkan kepercayaan masyarakat dan pelaku pasar. Optimisme kembali tumbuh. Indikator keuangan segera bereaksi positif seperti prognosa pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, pemulihan harga saham dan penurunan biaya surat berharga, dan terjadinya stabilitas nilai tukar.


Meskipun demikian, optimisme proyeksi ekonomi dan keuangan global tahun 2009 dan 2010 tetap menyisakan masalah.
Dampak terhadap pengangguran dan kemiskinan dunia sudah cukup signifikan. Perekonomian dunia 2010 akan dihadapkan pada tekanan pelik yaitu pengangguran akan tetap tinggi, sementara ekspansi fiskal dan moneter akan secara bertahap dikurangi atau ditarik. Oleh karena itu upaya mengurangi pengangguran akan ditekankan pada perbaikan kebijakan struktural, perbaikan iklim investasi dan peran swasta. KTT G-20 di Pittsburgh akan menyoroti masalah-masalah tersebut.
Fokus pertemuan KTT G-20 pertama di Washington pada November 2008 adalah mengembalikan kepercayaan dan menyembuhkan kepanikan global, dengan melakukan kebijakan counter-cyclical secara terkoordinasi dan upaya injeksi likuiditas global dan menolong negara-negara yang mengalami krisis keuangan (terutama negara Eropa Timur).
Untuk mencegah terjadinya krisis di masa depan, reformasi dan koreksi regulasi dan pengawasan sector keuangan dan bank juga dilakukan.
Dalam Pertemuan KTT G-20 kedua di London April 2009-untuk memastikan seluruh langkah dan kesepakatan tingkat pimpinan benar-benar dilaksanakan-dibuat mekanisme kelompok kerja.
Mekanisme working group terbagi menjadi empat grup yaitu (1) Reformasi regulasi dan supervisi sektor keuangan, (2) Standar informasi data keuangan dan risiko, dan perbaikan cara pengungkapan (disclosure), (3) Reformasi IMF, (4) Reformasi Bank Dunia dan Bank Pembangunan Regional.
Indonesia dipercaya menjadi co-chairman untuk Working Group IV bersama Prancis. Kelompok kerja telah mengindentifikasi masalah, menetapkan target dan arahan kebijakan dan memonitor pelaksanaannya.
Langkah pertemuan pimpinan negara G-20 November 2008 dan April 2009 secara bertahap telah berhasil memulihkan kepercayaan dan mengurangi kepanikan global, sehingga ketenangan dapat dibangun kembali. Kondisi sektor keuangan berangsur-angsur mulai pulih dan likuiditas global mulai mengalir kembali.
Sementara itu, kebijakan counter cyclical dan kucuran likuiditas menyebabkan perekonomian global mulai pulih.
G-20 telah melaksanakan komitmen dalam KTT Washington dan London, antara lain; pertama, melaksanakan kebijakan fiskal stimulus 2% PDB atau setara dengan US$1,4 triliun.
Kedua, melakukan rekapitalisasi perbankan dan restrukturisasi aset bermasalah dengan biaya sebesar US$2 triliun-US$2,5 triliun.
Ketiga, penambahan resources IMF sebesar US$500 miliar dan alokasi SDR untuk menambah likuiditas dunia sebesar US$250 miliar.
Keempat, peningkatan kapital ADB 200% dan penambahan pendanaan dari Bank Pembangunan Multilateral dan Regional (Multilateral/Regional Development Bank) sebesar US$300 miliar serta Trade Financing sebesar US$250 miliar untuk mengompensasi kemerosotan aliran modal ke negara berkembang.
Sektor keuangan
Di samping itu, di sektor keuangan telah dilakukan langkah-langkah sbb: pertama, perluasan keanggotaan FSB (Financial Stability Board) untuk melakukan surveillance (penditeksian dan pengawasan) bersama IMF.
Kedua, kewajiban melakukan disklosur dan transparansi terhadap laporan keuangan, termasuk struktur gaji dan renumerasi para manajer puncak di lembaga keuangan.
Ketiga, membangun sistem keuangan yang kuat dan transparan, terutama perbankan yang lebih pruden, meliputi implementasi Basel II dan permodalan, dan keempat, kewajiban untuk melakukan transparansi dalam masalah perpajakan internasional dan mendeteksi aliran modal antarnegara.
Dalam KTT Pittsburgh akan dipastikan pelaksanaan komitmen KTT Washington dan KTT London tercapai. Para pemimpin dunia akan lebih membahas isu-isu strategis ke depan, khususnya pertama, desain exit strategy yang sesuai.
Kedua, memberikan mandat kepada lembaga multilateral, terutama IMF dan Bank Dunia serta kelanjutan reformasi lembaga-lembaga tersebut.
Ketiga, memberikan dukungan political will dan mandat bagi penyelesaian isu global lainnya seperti Putaran Doha dan perubahan iklim.
Keempat, membahas agenda pascakrisis yakni upaya mencapai kondisi sustainable and balance growth.
KTT Pittsburgh diharapkan menghasilkan kesepakatan baru pascakrisis dengan tujuan pembangunan jangka panjang yang bertahan. Reformasi sektor keuangan dan lembaga keuangan dunia akan ditujukan untuk membangun suatu arsitektur dan governance yang baru agar dapat mendeteksi krisis dan menghindari tidak terulang kembali krisis keuangan global.
Untuk meyakinkan pelaku ekonomi, diharapkan KTT Pittsburgh dilanjutkan dengan KTT tahun berikutnya di Korea Selatan agar terjadi kontinuitas komitmen para pemimpin dunia.
Manfaat bagi Indonesia
Kalau diperhitungkan secara cermat, dampak krisis keuangan global terhadap Indonesia tidaklah cukup berarti dibandingkan dengan banyak negara lain. Namun, demikian, dampak negatif telah cukup terasa.
Pertumbuhan ekonomi sejak kuartal IV 2008 menurun menjadi 4,0%, ekspor mengalami kontraksi sekitar 14%, nilai tukar merosot mendekati Rp13.000 per US$, cadangan devisa menurun US$10 miliar, indeks harga saham gabungan merosot di bawah 2000, suku bunga SUN 5 tahun meningkat mencapai 13,5%, suku bunga BI 3 bulan meningkat menjadi 12%.
Pencapaian atas kesepakatan G-20 membantu memberikan kepercayaan terhadap prospek ekonomi dunia dan stabilitas pasar keuangan, termasuk bagi Indonesia.
Aliran modal mulai kembali ke Indonesia sejak pertengahan 2009 melalui SUN, SBI, dan pasar modal. Cadangan devisa membaik di atas US$60 miliar, baik karena aliran modal masuk maupun kucuran dana SDR dari G-20, sebesar US$2,4 miliar. Nilai tukar rupiah menguat pada posisi Rp9.700 per US$, indeks harga saham meningkat di atas 2456, suku bunga SUN 10 tahun turun pada kisaran 10%, suku bunga BI mencapai 7,5%.
Prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan membaik pada tingkat 4,3% hingga 4,5%. APBN 2010 memproyeksikan tahun depan pertumbuhan ekonomi meningkat lagi menjadi 5,5%.
Pembiayaan APBN 2010 diamankan dengan dana siaga dari Bank Dunia, ADB, Jepang dan Australia. ADB menjanjikan dana untuk pembiayaan defisit 2010 tanpa syarat. Pembiayaan defisit APBN 2009 dapat ditutupi sebagian besar dari dana yang berasal dari obligasi rupiah dan valas dengan biaya peminjaman yang semakin menurun.
Pendanaan ekspor diperoleh LPEI dan Perbankan Nasional lainnya melalui pendanaan murah baik yang berasal dari bilateral (JBIC) maupun multilateral.
Terakhir, peringkat utang pemerintah dinaikkan oleh lembaga peringkat Moodys satu tingkat (dari Ba3 ke Ba2) sehingga biaya peminjaman pemerintah dan swasta akan menjadi lebih murah dan risiko menurun.
Indonesia sebagai anggota G-20 tentu mendapat manfaat dari keberadaannya, baik mewakili kepentingannya sendiri maupun negara-negara Asean dan negara berkembang lainnya. Indonesia baru saja bergabung menjadi anggota baru dari FSB sehingga ikut menentukan masa depan arsitektur keuangan dunia.
Sebagai penyelenggara dalam COP 13 perubahan iklim di Bali 2 tahun lalu, Indonesia punya posisi unik dalam komitmennya untuk mendorong melalui forum G-20 tercapainya kesepakatan mengenai target pencapaian emisi dari forum perundingan perubahan iklim di Kopenhagen Desember yang akan datang. Genaplah sudah peran dan manfaat G-20 bagi Indonesia.
G-20 bukanlah forum eksklusif dan tertutup negara maju dan elite negara berkembang. Suara-suara dari negara miskin disuarakan secara keras dan lantang oleh perwakilannya di G-20. Kelompok itu ingin membangun tata ekonomi dunia baru yang lebih adil, transparan, saling percaya dan sejahtera, dan Indonesia ingin menjadi bagian dari proses tersebut. KTT G-20... (Sambungan dari Hal. 1)
Mekanisme working group terbagi menjadi 4 grup yaitu (1) Reformasi regulasi dan supervisi sektor keuangan, (2) Standar informasi data keuangan dan risiko, dan perbaikan cara pengungkapan (disclosure), (3) Reformasi IMF, (4) Reformasi Bank Dunia dan Bank Pembangunan Regional.
Indonesia dipercaya menjadi co-chairman untuk Working Group IV bersama Perancis. Kelompok kerja telah mengindentifikasi masalah, menetapkan target dan arahan kebijakan dan memonitor pelaksanaannya.
Langkah pertemuan pimpinan negara G20 November 2008 dan April 2009 secara bertahap telah berhasil memulihkan kepercayaan dan mengurangi kepanikan global, sehingga ketenangan dapat dibangun kembali. Kondisi sektor keuangan berangsur-angsur mulai pulih dan likuiditas global mulai mengalir kembali. Sementara itu kebijakan counter cyclical dan kucuran likuiditas menyebabkan perekonomian global mulai pulih.
G20 telah melaksanakan komitmen dalam KTT Washington dan London, antara lain; pertama, melaksanakan kebijakan fiskal stimulus 2% PDB atau setara US$1,4 triliun,
kedua, melakukan rekapitalisasi perbankan dan restrukturisasi aset bermasalah dengan biaya sebesar US$2 triliun-US$2,5 triliun;
ketiga, penambahan resources IMF sebesar US$500 miliar dan alokasi SDR untuk menambah likuiditas dunia sebesar US$250 miliar.
Keempat, peningkatan kapital ADB 200% dan penambahan pendanaan dari Bank Pembangunan Multilateral dan Regional (Multilateral/Regional Development Bank) sebesar US$300 miliar serta Trade Financing sebesar US$250 miliar untuk mengkompensasi kemerosotan aliran modal ke negara berkembang.

Artikel Bisnis Indonesia 24 September 2009
Oleh Anggito Abimanyu
Ketua Working Group Reformasi Bank Pembangunan Multilateral G-20.