22 November 2010

» Home » Suara Merdeka » Pembaruan Data Statistik Ternak

Pembaruan Data Statistik Ternak

DAMPAK dari meletusnya Gunung Merapi sungguh menyedihkan, baik bagi yang tekena langsung maupun tidak. Meski hal itu merupakan kejadian periodik, kali ini kejadian tersebut menelan banyak korban jiwa, termasuk ternak yang merupakan harta berharga bagi warga lereng Merapi, sekaligus sumber mata pencaharian mereka.

Bagi masyarakat pedesaan ternak piaraan (sapi, kerbau, domba, kambing, ayam, dan itik) merupakan harta berharga. Fungsi ternak adalah sebagai tabungan yang sewaktu-waktu dapat digunakan, sebagai sumber gizi keluarga, juga untuk menunjukkan status sosial di masyarakat. 


Banyak masyarakat pedesaan menyekolahkan anaknya hingga menjadi sarjana dari ternak yang dipeliharanya. Tentunya hal tidak mengecilkan arti masyarakat perkotaan, sebagai konsumen/penikmat produk ternak.

Di dalam kehidupannya, masyarakat pedesaan sangat dekat dengan ternak. Bahkan pada tahun 1980-an banyak peternak rela tidur berdekatan, bahkan satu ruang, dengan ternaknya karena takut hilang. Tidur satu ruang dengan ternak juga menunjukkan bahwa betapa pentingnya ternak bagi mereka. Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan maka peternak membuat kandang untuk ternaknya, terpisah dari hunian.

Sehubungan dengan erupsi Merapi, penyelamatan manusia tentu merupakan hal yang harus diutamakan, bahkan menjadi prioritas pertama. Namun penyelamatan ternak peliharaan juga harus dilakukan, mengingat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan tidak pernah lepas dari ternak.

Contohnya ketika Merapi dinyatakan berstatus bahaya pun, banyak pemilik ternak yang tinggal di pengungsian nekat kembali ke rumah agar dapat memberi makan ternaknya. Bahaya atas dirinya tak dihiraukan sehingga para relawan harus pandai membujuk dan memberi pengertian mengenai bahaya erupsi yang masih mengancam.

Penggantian ternak piaraan yang mati dan sakit akibat awan panas oleh pemerintah sangat membantu pemilik ternak. Namun prosesnya juga tidak sesederhana dibayangkan karena butuh waktu, dan pemerintah selalu mendasarkan pada data. Untuk itu, data akurat sangat dibutuhkan agar tidak  terjadi  permasalahan baru. Pembaruan (up dating) data peternakan harus selalu dilakukan oleh instansi yang berkompeten.

Pembentukan kelompok peternak dan pengandangan ternak secara bersama-sama dalam satu lokasi akan memudahkan pendataan. Dalam kelompok peternak dapat disusun kepengurusan sesuai dengan tanggung jawab dan tugas masing-masing. Yang pasti, data/recording tentang ternak lebih tertata dengan baik. Kegiatan yang dilakukan kelompok peternak di antaranya penyuluhan teknik beternak, inovasi teknologi tepat guna serta segala sesuatu yang dapat memajukan kelompok.
Memainkan Harga Untuk pemilik ternak yang tinggal di daerah rawan bencana, penyuluhan tentang evakuasi atau penanganan terhadap ternak bila terjadi bencana, menjadi sangat penting untuk meminimalisasi kerugian. Penyuluhan itu termasuk pemanfaatan teknologi komunikasi.

Adanya kemajuan teknologi sebenarnya memiliki pengaruh positif dan negatif. Sisi positifnya adalah memudahkan komunikasi antarpeternak ataupun peternak dengan dinas/ petugas  terkait. Namun terkait dengan bencana Merapi, hal itu kadang disalahgunakan oleh pedagang/blantik yang nakal, untuk memainkan harga ternak yang ditinggal pemiliknya di tempat asal.

Praktiknya, mereka saling berkomunikasi menentukan harga serendah-rendahnya sehingga merugikan peternak. Jika seorang pedagang/blantik menawar ternak yang masih tertinggal di daerah rawan bencana dengan harga rendah, dia juga langsung memberi tahu lewat ponsel kepada blantik lain agar menawar dengan harga lebih rendah lagi dari penawaran pertama.

Terkait dengan pola itu maka hubungan, kerja sama, dan komunikasi antara pemerintah yang berkompeten dan peternak harus selalu terjalin dengan baik. Pendampingan dari pemerintah kepada peternak juga perlu dilakukan agar peternak tidak dibodohi pihak lain.

Diperlukan penyederhanaan semua proses yang berhubungan dengan bencana. Mari kita pupuk kejujuran, kebaikan, dan kebersihan hati nurani kita untuk peternak Indonesia, yang menyediakan protein hewani yang membuat bangsa ini sehat dan cerdas. (10)

— Sri Kismiati, dosen Fakultas Peternakan Undip
wacana suara merdeka 24 november 2010