30 November 2009

» Home » Suara Merdeka » Menjual Jateng melalui TIME

Menjual Jateng melalui TIME

Sekaranglah saatnya kita bersama-sama berbenah diri. Kunci keberhasilan terletak pada niat semua pihak untuk terus belajar dan tidak cepat berpuas diri, saling mendukung dan tidak saling menjatuhkan.

MENJADI tuan rumah pasar wisata Indonesia sudah sejak beberapa tahun yang lalu digagas oleh insan wisata dan stakeholders pariwisata di Jawa Tengah. Tourism Indonesia Mart & Expo (TIME) yang bulan lalu diselenggarakan di Lombok, dapat menjadi inspirasi dan faktor pendorong untuk merealisasikan gagasan tersebut.


Kalau TIME bisa digelar di Jawa Tengah maka hal itu bisa pula sebagai promosi sekaligus  pemasaran efektif bagi terwujudnya program Visit Jawa Tengah 2011, menjadikan provinsi ini sebagai daerah tujuan wisata yang dikenal di tingkat dunia.TIME adalah pasar wisata Indonesia bertaraf internasional yang mempertemukan industri pariwisata yang bermaksud menjual produk  pariwisata - destinasi, fasilitas, dan produk wisata - Indonesia kepada pasar internasional.

Peserta forum itu adalah pembeli profesional dari luar negeri dan penjual dari Indonesia, seperti agen perjalanan, hotel, maskapai penerbangan, resor, golf course, spa, dinas pariwisata daerah, dan industri wisata lainnya.

Kali pertama kali diselenggarakan pada tahun 1994, TIME telah diagendakan di dalam  kalender internasional bersama ITB Berlin, PATA travel mart, ataupun WTM London.  Jakarta, Yogyakarta, Makassar, dan Lombok merupakan lokasi  yang pernah ditunjuk oleh Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI) yang memiliki otoritas untuk menentukan penyelenggaraan business to business (B to B) ini. Setiap daerah akan mendapat kesempatan menjadi tuan rumah selama dua tahun berturut turut .

Jangka Panjang

TIME 2009-2010  di Lombok belum lama ini, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan promosi Visit Lombok Sumbawa 2012, dihadiri 127 pembeli dari 25 negara di Asia, Eropa, dan Amerika, serta diikuti 119 penjual dari berbagai provinsi di Indonesia, termasuk Jawa Tengah. Negosiasi  berlangsung di dalam tenda raksasa  ber-AC seluas  2.100 meter persegi di pinggir pantai Senggigi karena Lombok belum memiliki convention hall.

Kegiatan ini tidak hanya dihadiri oleh industri wisata, melainkan juga masyarakat dan pelaku bisnis di bidang wisata. Berdasarkan keinginan pembeli yang disepakati, tercatat transaksi 17,48 juta dolar AS yang harus segera ditindaklanjuti. Banyak manfaat akan diperoleh Jawa Tengah kalau TIME diselenggarakan provinsi ini. Manfaat itu tidak hanya dirasakan sesaat namun akan berdampak positif untuk jangka panjang terhadap citra pariwisata.
Kita bisa melihat manfaat forum tersebut bagi pengembangan wisata di Yogyakarta dan Makasar. Kini Makasar tidak sekadar menjadi pintu gerbang menuju wilayah timur Indonesia.

Pertumbuhan pariwisata yang demikian pesat beberapa tahun terakhir ini telah menjadikan Makassar sebagai pusat perhatian berbagai pihak dengan kehadiran wahana permainan sekelas Disney Land Theme Park. Demikian pula dengan Yogyakarta, yang telah memiliki Jogja Expo Center, convention hall bertaraf internasional seluas lebih dari 8.000 m2, mengalami kenaikan  arus wisatawan selama dan pasca-TIME berlangsung di tahun 2004 dan 2005, khususnya wisata MICE.

Penyelenggaraan kegiatan bertaraf internasional selama dua tahun berturut-turut itu, kalau digelar di provinsi ini, akan membantu memperkenalkan keberagaman jenis dan objek wisata di Jawa Tengah kepada dunia internasional. Selain itu juga sebagai wahana promosi yang efektif bagi usaha industri pariwisata yang hasilnya dapat langsung terasa. Kehadiran ratusan pelaku pariwisata  dan travel writer dari manca negara dan diharapkan diikuti dengan kunjungan wisatawan dalam  jumlah lebih besar, tentunya akan memacu perkembangan sektor kepariwisataan.

Wisatawan yang datang membawa uang  akan menggunakannya untuk tidur di hotel, makan di restoran, jalan-jalan ke objek wisata, dan berbelanja cinderamata. Jadi, pariwisata memiliki multiplier effect yang dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, termasuk para pengrajin di pedesaan.

Peran Kadin

Tidaklah mudah untuk merealisasikan mimpi-mimpi itu. Semangat dan keinginan tidak akan berarti tanpa komitmen, kerja keras, dan tindakan nyata dari semua pihak. Tiga pemain utama dalam bidang pariwisata, yaitu pemerintah daerah, badan usaha wisata swasta, dan masyarakat luas, harus bisa saling bekerja sama dengan baik, menjadikan Jawa Tengah destinasi berdaya saing internasional dan sektor pariwisata sebagai sumber pendapatan daerah.

Meskipun secara umum sarana dan prasarana telah terpenuhi, peningkatan di bidang transportasi, promosi, sumber daya manusia, infrastruktur jalan ke lokasi wisata, pengembangan objek wisata, pembangunan jaringan wisata, sarana convention hall bertaraf internasional dan kesadaran masyarakat harus mendapat perhatian khusus.

Di sinilah Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang mewadahi asosiasi usaha wisata (ASITA, PHRI, HPI , PUTERI, dan lainnya), bisa berperan. Ada dua peran yang dapat dilakukan oleh Kadin, yaitu secara internal terhadap anggota dan usaha wisata serta eksternal terhadap pemerintah dan masyarakat.Kadin dapat menjadi penyatu mewakili bisnis pariwisata swasta dan berperan aktif bersama pemerintah daerah dan masyarakat dengan cara mengkoordinasi kerja sama internal yang lebih baik serta menjembatani kepentingan stakeholder pariwisata dengan sektor usaha pendukung seperti transportasi, infrastruktur, pengadaan SDM, dan fasilitas lainnya.

Kadin dapat membantu meningkatkan kemampuan SDM di bidang pariwisata dengan  memberikan bimbingan, pelatihan, dan layanan. Hal itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada berupa informasi dan pengalaman yang dimiliki anggota maupun memanfaatkan sumber daya dan keahlian pihak ketiga merancang strategi bisnis kepariwisataan.

Dalam hubungan dengan masyarakat dan pengembangan seni budaya daerah, maka bersama Kadin di daerah tujuan wisata, Kadin Jateng bisa membantu kegiatan program sosialisasi ke masyarakat, menyiapkan masyarakat agar memahami pariwisata  yang diwujudkan dengan kepedulian terhadap objek wisata di lingkungannya dan mengembangkan seni budaya tradisional.

Sekaranglah saatnya kita bersama-sama berbenah diri. Kunci keberhasilan terletak pada niat semua pihak untuk terus belajar dan tidak cepat berpuas diri, saling mendukung dan tidak saling menjatuhkan. Bila semua berjalan dan terencana dengan baik, bukan hal yang mustahil Jawa Tengah ditunjuk sebagai penyelenggara TIME di tahun 2011 dan 2012 sekaligus mengawali program Visit Jawa Tengah 2011.(10)

— Benita E Arijani, Wakil Ketua Umum Bidang Pariwisata dan Promosi Kadin Jawa Tengah
Wacana Suara Merdeka 30 November 2009