20 Februari 2011

» Home » Opini » Suara Merdeka » Sinergitas Mengelola Potensi Warga

Sinergitas Mengelola Potensi Warga

Yo pa’ ora ooo...
Sekarepku ooo...
Bebas ooo...

PENGGALAN syair lagu ’’Sekarepe’’ milik grup band RapRox ini familiar di kalangan muda dan anak-anak Pekalongan. ’’Yo Pa’ Ora Ooo..., Sekarepku Ooo..., Bebas Ooo...’’ menjadi bagian perbincangan sehari-hari. Bagi mereka syair itu lucu, unik, apa adanya, dan gokil abis.

Namun, ’’jinggle’’ itu membuat terhenyak banyak orang tua. Seringkali anak-anak menggunakan rangkaian kata itu untuk menukas pembicaraan, termasuk dengan orang tua mereka. Ada kekhawatiran syair lagu itu benar-benar representasi karakter tidak mau tahu (pa’ ora), seenaknya sendiri (sekarepku), dan tidak mau diatur (bebas) dalam diri anak-anak.

Kesuksesan RapRox layak diapresiasi, dan tidak perlu dikhawatirkan. Grup band itu mencoba memperkenalkan Pekalongan dengan cara mereka. Hal sama telah pula dilakukan oleh Sri Setiawati alias Iyeng Santoso melalui kolom ’’Waroeng Megono’’ di Suara Merdeka. Iyeng bertutur tentang Pekalongan dengan cara dan dengan bahasa Jawa dialek Pekalongan. Iyeng sebelumnya juga menerbitkan buku Kumpulan Kata-kata yang Terlupakan dari Pekalongan (2008).
Bahasa Jawa aroma Pekalongan dengan setting dan tema khas Pekalongan adalah kesamaan yang dimiliki RapRox dan Iyeng Santoso. Mereka mengusung romantisme kedaerahan sebagai produk. Bagi komunitas Orang Pekalongan (Opek) mendengarkan RapRox dan membaca ’’Waroeng Megono’’ seakan me-recharge diri, menyegarkan.

Perlunya mengembangkan daya saing dan potensi masyarakat adalah pesan di balik sukses RapRox dan ’’Waroeng Megono’’. Ekspresi tematik, situasional, dan lokal jika dikelola dengan baik mampu menjadi cita rasa universal. Pekalongan banyak memberi inspirasi bahwa dengan mengembangkan kearifan lokal mampu mengatasi persoalan yang dihadapi masyarakat.

Kospin Jasa misalnya lahir jauh sebelum booming KPR/ BPR atau layanan usaha mikro seperti sekarang ini. Kospin Jasa didirikan oleh para pengusaha kecil dan menengah pada dekade 1970-an sebagai solusi mendapatkan bantuan permodalan, karena pada umumnya mereka mengelola usahanya secara tradisional. Kospin Jasa bermula dari koperasi gotong royong antaretnis (pribumi, keturunan China, dan Arab) dan kemudian menggurita seperti sekarang. Badan usaha itu menunjukkan bahwa koperasi memang mendarah daging dalam masyarakat Pekalongan.

Potensi Ekonomi

Contoh lain adalah model arisan pembangunan rumah yang juga tumbuh berkembang di masyarakat. Desa Sinangohprendeng Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan misalnya, mengembangkan model arisan pembangunan rumah yang disebut Gotong Rotong Perumahan Rakyat (Gotro Perak). Karena dinilai sukses, tahun 1956 Wapres Moh Hatta berkunjung dan memberikan penghargaan kepada masyarakat Sinangohprendeng. Model arisan pembangunan rumah itupun sampai kini tetap hidup dalam masyarakat.

Fenomena mutakhir khas Pekalongan adalah maraknya pasar tiban. Pedagang kecil kaki lima bersama-sama menggelar dagangan di suatu tempat pada hari tertentu yang sudah disepakati. Keberadaan pasar tiban memang fenomenal. Hampir semua kecamatan ada titik tempat menggelar pasar tiban. Berdasarkan pengamatan, ada kurang lebih 35 titik gelaran pasar tiban di Kabupaten Pekalongan. Meski bagi pedagang pasar tradisional keberadaannya lebih menakutkan daripada Carrefour (SM, 23/03/10), pasar tiban adalah bentuk dari potensi ekonomi kreatif dan inovatif masyarakat.

Tinggal bagaimana pemda dan pihak terkait menyinergikan, memotivasi, sekaligus membina secara tepat untuk mengembangkan potensi masyarakat yang berserak itu. Meski potensi dan inovasi masyarakat berhasil mengembangkan potensi dengan kemampuan sendiri, pembinaan pemerintah tetap diperlukan.
Pengembangan potensi masyarakat memerlukan kehadiran promotor dari individu yang peduli, lembaga swasta, dan pemerintah. Peran pemerintah sebagai promotor dalam pengembangan potensi masyarakat adalah kelaziman dan barangkali keniscayaan. Dibutuhkan interaksi sinergis dan konstruktif antara masyarakat/ swasta dan pemerintah untuk mengembangkan potensi masyarakat bagi kesejahteraan mereka. (10)

— Ali Riza, PNS di Kabupaten Pekalongan
Opini Suara Merdeka 21 Februari 2011