14 Desember 2009

» Home » Jawa Pos » Komitmen AS di Kopenhagen

Komitmen AS di Kopenhagen

AMERIKA Serikat bertekad mencapai hasil maksimal pada Konferensi Iklim PBB di Kopenhagen. Untuk menunjukkan komitmen dan minat agar komunitas global mencapai tujuan ini, Presiden Obama akan berpartisipasi dalam konferensi ini. Konferensi Kopenhagen sangat penting untuk mewujudkan solusi global terhadap masalah perubahan iklim. Selain itu, 90 kepala negara akan menghadiri konferensi ini dan seluruh dunia akan memantaunya.

Perubahan iklim adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi planet kita, dan dampaknya telah terlihat nyata. Permukaan air laut meningkat, lautan menjadi lebih asam, badai semakin sering menerjang, glasier dan es kutub mulai menghilang, dan persediaan air semakin berkurang. Berbagai perubahan tersebut bukan hanya mengancam lingkungan, melainkan juga keamanan dan stabilitas.

Perubahan iklim merupakan tantangan global yang memerlukan solusi global. Untuk tujuan ini, Amerika telah bergabung dengan berbagai negara untuk merumuskan kesepakatan internasional melalui proses negosiasi di PBB. Kami mendukung kesepakatan yang mengikat secara hukum, namun para pemimpin di dunia menyadari bahwa mencapai kesepakatan itu dalam waktu singkat adalah tidak mungkin.

Karena itu, dengan dipimpin oleh negara-negara maju, penting bagi semua negara melakukan tugas guna menghasilkan kesepakatan yang tegas dan operasional. Dengan demikian, kita bisa langsung bekerja dan membantu membangun institusi yang diperlukan untuk memerangi perubahan iklim. Perdana Menteri Denmark Rasmussen kali pertama mengusulkan supaya kesepakatan tersebut didukung oleh semua pemimpin dunia. Kesepakatan itu akan menjadi komitmen tegas dan ringkas yang merangkum semua isu utama dalam perundingan: mitigasi, adaptasi, pembiayaan dan dukungan teknologi; serta transparansi dan akuntabilitas.

Presiden Obama akan memimpin Amerika dalam menjalankan porsi tugasnya. Kami akan melakukan lebih banyak hal lagi guna memenuhi tantangan ini. Kami mendukung berbagai kebijakan dalam negeri untuk mendorong energi yang bersih, keamanan iklim, pemulihan ekonomi, dan keterlibatan dunia internasional. Amerika Serikat siap membahas target penurunan emisi di kisaran 17 persen di bawah tingkat 2005 pada 2020, yang pada akhirnya sejalan dengan undang-undang dalam negeri. Target ini menempatkan kami ke arah penurunan emisi 30 persen pada 2025 dan penurunan 42 persen pada 2030, sesuai dengan tujuan presiden untuk menurunkan emisi 83 persen pada 2050.

Meski demikian, Amerika Serikat tidak bisa memecahkan masalah tersebut sendirian. Semua pihak perlu melakukan tindakan agar berhasil. Agar tujuan ini tercapai, negara maju harus menyampaikan rencana mitigasi pada semua perjanjian Kopenhagen yang baru dan memastikan mereka benar-benar menjalankan rencana tersebut.

Kami melihat tanda-tanda menggembirakan dalam hal ini, termasuk upaya-upaya yang dilakukan Indonesia menghadapi perubahan iklim. Amerika memuji kepemimpinan Presiden Yudhoyono yang mengumumkan target emisi 26 - 41 persen di bawah keadaan normal sebelum 2020 serta penurunan efek rumah kaca 700 megaton yang diumumkan di Kopenhagen. Ini langkah berani yang seharusnya dilakukan semua negara agar kita bisa memenuhi tantangan perubahan iklim dan mengembangkan sistem ekonomi berkarbon rendah. Kita akan bekerja sama dengan negara-negara lain untuk mendukung upaya-upaya Indonesia menurunkan emisi.

Transparansi adalah dasar dari semua perjanjian - hal ini memberikan keyakinan pada berbagai negara bahwa komitmen yang mereka jalankan akan juga dijalankan negara-negara lain. Transparansi juga membuka kesempatan bagi dunia untuk menilai apakah target pengurangan emisi sudah terpenuhi. Semua negara dengan perekonomian besar harus setuju merumuskan kesepakatan yang transparan dan mengikat di Kopenhagen.

Pada akhirnya, perjanjian internasional tersebut hanya akan berhasil jika dapat memenuhi dan mendukung pembangunan yang berkelanjutan, serta membawa dunia kepada perekonomian dengan pembuangan gas karbon rendah. Perjanjian ini harus memberikan dukungan dan teknologi agar negara-negara di dunia dapat mengurangi emisi dan beradaptasi pada perubahan iklim, terutama bagi negara miskin atau negara yang rentan akan dampak perubahan tersebut. Usaha mencari solusi bagi perubahan iklim dapat menguntungkan semua negara jika terbuka berbagai kesempatan investasi dan lapangan kerja di seluruh dunia. Usaha ini juga dapat menyalurkan energi kepada ratusan juta warga miskin di seluruh dunia.

Sebagai negara dengan lebih dari 17.000 pulau, Indonesia rentan terhadap efek-efek perubahan iklim. Naiknya permukaan dan meningkatnya kadar asam air laut, perubahan-perubahan dalam pola cuaca dan hilangnya keragaman biologis - adalah contoh berbagai tantangan yang harus dihadapi negara ini. Satu kesepakatan internasional akan dapat memberikan pendanaan dan dukungan teknologi untuk menghadapi perubahan iklim.

Selain berkerja sama dengan negara-negara lain untuk mendukung usaha Indonesia mengurangi emisi, kami juga akan meningkatkan upaya melindungi kekayaan hutan dan biota laut di Indonesia -serta masyarakat yang bergantung pada kedua hal ini- dari pengaruh perubahan iklim.

Kopenhagen bukanlah akhir dari proses ini. Ia hanya bagian dari komitmen bersama kita untuk menghadapi salah satu tantangan terbesar yang pernah dihadapi dunia. Kopenhagen merupakan kesempatan untuk mencapai kesepakatan yang mengikat, saat ini juga, serta mempercepat transisi ke arah perekonomian global rendah-karbon. Sangat penting bagi kita untuk mencapai tujuan ini bersama-sama. (*)

*). Cameron R. Hume , duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia
Opini Jawa Pos 14 Desember 2009