05 September 2010

» Home » Pikiran Rakyat » Konteks Ruang Dalam Pidato Presiden

Konteks Ruang Dalam Pidato Presiden

Oleh Firman Manan
Pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Markas Besar TNI Cilangkap untuk merespons situasi yang terjadi pascakasus penangkapan petugas Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) oleh Polisi Malaysia mengundang reaksi. Sebagian kalangan menyatakan puas, karena pidato tersebut dianggap akan meredam eskalasi konflik di antara dua negeri jiran. Namun, sebagian kalangan menanggapinya dengan ketidakpuasan karena Yudhoyono dianggap tidak menunjukkan ketegasan terutama terkait dengan masalah kedaulatan negara.


Hal menarik yang perlu digarisbawahi, sebagian masyarakat yang tidak puas dengan isi pidato tersebut juga mempermasalahkan tempat penyampaian pidato tersebut yaitu di Mabes TNI. Makna yang tertangkap adalah, sebagian kalangan sebelumnya mempunyai ekspektasi bahwa Presiden SBY akan mengeluarkan statemen yang cukup keras di Cilangkap. Namun pada akhirnya mereka harus kecewa.
Dalam perspektif politik, ruang (space) tempat kita berdiam merupakan struktur yang tidak terpisahkan dari kehidupan politik. Dalam hal pidato Presiden, keterkaitan antara pesan dan ruang, menarik untuk dikaji. Apakah pidato Presiden Yudhoyono dapat dikategorikan sebagai pidato yang benar di tempat yang benar (the right speech on the right place), pidato yang benar di tempat yang salah (the right speech on the wrong place), atau bahkan pidato yang salah di tempat yang salah pula (the wrong speech on the wrong place)?
Pertama, kasus penangkapan petugas KKP terjadi beberapa waktu yang lalu, sehingga Presiden memiliki keluangan untuk memilih waktu dan tempat yang tepat untuk menyampaikan pidatonya. Pemilihan tempat berpidato tentunya menjadi bagian yang telah dipikirkan secara matang, baik oleh Presiden maupun lingkaran dalamnya.
Kedua, TNI merupakan aparatur negara yang berada di garda terdepan pertahanan negara apabila terdapat masalah yang berkaitan dengan pelanggaran kedaulatan negara. Presiden maupun stafnya tentu telah mafhum dan membaca situasi, akan ada ekspektasi-ekspektasi tertentu dari masyarakat ketika Presiden merespon isu ketegangan Indonesia-Malaysia di Mabes TNI. Paling tidak, pemilihan Mabes TNI - yang merupakan simbol pusat kekuatan militer - dipersepsikan sebagian kalangan akan memunculkan sikap keras dan tegas dari Presiden.
Ketiga, informasi tentang tempat penyampaian pidato Presiden ini telah disosialisasikan sebelumnya ke tengah publik. Hal itu semakin meyakinkan bahwa pemilihan tempat merupakan sesuatu yang direncanakan secara matang, karena berbagai pihak akan menginterpretasikan apa maksud pemilihan Mabes TNI sebagai tempat penyampaian pidato.
Mengapa pada kenyataannya isi pidato yang disampaikan tidak sesuai dengan ekspekstasi tersebut?
Terdapat beberapa kemungkinan yang melatarbelakanginya. Pertama, sebagaimana disampaikan juru bicara Presiden, tidak ada keterkaitan antara pidato dengan pemilihan tempat. Penyampaian pidato di Mabes TNI hanyalah kebetulan. Isi pidato Presiden akan sama di mana pun pidato itu disampaikan Namun, perilaku aktor politik tidak dapat dipisahkan dari konteks ruang. Faktor kebetulan menjadi kurang relevan dan dapat dikesampingkan.
Kedua, Yudhoyono memang sengaja menyampaikan pidato yang moderat di tengah-tengah aparatur yang mencerminkan kekuatan fisik negara. Presiden telah menghitung konsekuensi-konsekuensi yang akan timbul sebagai dampak dari penyampaian pidatonya di Mabes TNI.
Penulis lebih percaya pada kemungkinan kedua, keterkaitan antara penyampaian pidato dengan ruang penyampaiannya telah dipikirkan dengan seksama. Pertanyaannya, apa yang melatarbelakangi sehingga Presiden sampai kepada keputusan seperti itu?
Presiden pasti telah menganalisis situasi yang berkembang di Indonesia. Kita tahu, sebagian kalangan yang merasa tersinggung atas ulah aparat Malaysia kemudian mengeluarkan pernyataan dan melakukan aksi-aksi kecaman, bahkan mewacanakan perang dengan Malaysia. Walaupun tidak merepresentasikan sikap umum masyarakat, apabila hal-hal seperti ini terus bergulir, bukan tidak mungkin akan menimbulkan berbagai dampak negatif. Presiden tentu beranggapan, perkembangan ini harus direspons secara tepat.
Selanjutnya, bagaimana respons Presiden Yudhoyono tentu berkaitan erat dengan karakteristik kepemimpinan yang selama ini tercitrakan dalam dirinya. Yudhoyono dalam berbagai kesempatan memperlihatkan karakteristik yang akomodatif, berupaya menghindari konflik dengan mencoba merangkul berbagai pihak. Oleh karena itu, isi pidato Presiden Yudhoyono dengan jelas menggambarkan karakteristik kepemimpinan yang dibangun olehnya selama ini, sebagai pemimpin yang selalu berusaha untuk menghindari konflik.
Lalu mengapa pidato yang moderat itu dikemukakan di Mabes TNI, simbol kekuatan militer, sehingga isi pesan yang disampaikan terkesan tidak sesuai dengan tempat, apabila memang terdapat keterkaitan erat antara isi pesan dan ruang?
Penulis berpandangan, TNI merupakan aparat negara yang berada di garda terdepan pertahanan, ketika terjadi konflik terbuka dengan pihak asing. Walaupun sebenarnya eskalasi konflik menuju konflik terbuka masih jauh dari kenyataan, tampaknya Presiden mengganggap, potensi konflik tersebut harus diminimalisasi sejak awal. Dengan demikian, walaupun pidato Presiden SBY ditujukan untuk seluruh rakyat Indonesia, penyampaian pesan di Mabes TNI menunjukkan, pesan tersebut terutama ditujukan kepada TNI.
Hal itu menunjukkan keterkaitan yang erat antara pesan politik yang disampaikan dengan ruang saat pesan politik itu disampaikan. Dalam tinjauan kerangka hubungan antara aktor politik dan ruang penyampaian pesan, terdapat beberapa hal yang dapat disarikan.
Pertama, dari sisi kepentingan Presiden Yudhoyono, tentunya pidato tersebut merupakan pidato yang tepat di ruang yang tepat (the right speech on the right place), sebagai cara untuk memoderasikan eskalasi konflik, ketika pidato disampaikan kepada audiens yang tepat.
Kedua, dari sisi publik yang mengharapkan ketegasan sikap Presiden SBY, sehingga ketegasan sikap tersebut diharapkan akan terpancar sebagai konsekuensi dari pemilihan tempat, pidato yang disampaikan tentu merupakan pidato yang salah di ruang yang salah (the wrong speech on the wrong place).
Kedua perspektif yang bertolak belakang ini wajar terjadi dalam politik. Namun hal yang lebih penting untuk dipahami adalah dalam perspektif politik, konteks ruang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pesan yang disampaikan oleh Presiden Yudhoyono dalam pidatonya di Mabes TNI. Dengan demikian, kita dapat menangkap apa maksud penyampaian pesan dan apa yang ingin dicapai dari penyampaian pesan tersebut.***
Penulis, pengamat politik, staf pengajar Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP Unpad.
Opini PIkiran Rakyat 6 September 2010