20 September 2010

» Home » Suara Merdeka » Bandara dan Sinergitas Hinterland

Bandara dan Sinergitas Hinterland

SUDAH beberapa tahun kita membaca berita tentang pro dan kontra pemindahan atau relokasi Bandara A Yani Semarang. Dua opsi itu mempunyai pembenaran mengingat sudut pandang permasalahannya berlainan. Lokasi bandara itu, di Kelurahan Kalibanteng Semarang Barat, dibanding bandara lain di  Indonesia, termasuk relatif dekat dengan pusat kota. Bandara lain yang juga sangat dekat adalah Polonia Medan, 2 km dari pusat kota.


Tentang Polonia, kita ingat kecelakaan akibat gagal lepas landasnya Boeing 737-200 pada 5 September 2005. Dalam kecelakaan tersebut, 104 penumpang (termasuk Gubernur Sumut Rizal Nurdin) dan awak pesawat, tewas. Pembangunan bandara baru di Kuala Namu yang lokasinya sekitar 20 km dari  kota Medan sudah dilaksanakan dengan dana Rp 4,4 triliun dan diharapkan selesai pertengahan 2011.

Bandara yang lokasinya jauh dari pusat kota sebenarnya merupakan kewajaran.  Dari pengamatan  penulis,  selama tugas kunjungan ke  beberapa  kota di Indonesia, mulai Banda Aceh sampai  Jayapura, hampir semua bandara di luar Jawa letaknya relatif jauh dari pusat kota.

Perancangan kota yang baik sangat didukung dengan pengadaan prasarana kota yang memadai dan tepat sehingga kinerja kota akan efektif dan efisien. Menurut Grigg,  pakar infrastruktur atau prasarana kota, bandara sebagai bagian dari sistem transportasi merupakan  salah satu prasarana kota yang vital. Menurut dia, perencanaan dan penempatan lokasi bandara yang tepat sangat mendukung perkembangan kemajuan sistem sosial dan sistem ekonomi.

Jadi, ada korelasi yang jelas antara bandara, permasalahan sosial, dan ekonomi.  Dengan demikian dua alternatif yang kini masih menjadi polemik, harus dikaji dampaknya terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masa kini dan masa depan. 

Secara jangka pendek alternatif pengadaan gedung terminal baru di kawasan Kalibanteng mudah direalisasikan. Namun kita juga harus memperhitungkan nilai investasi untuk membangun terminal baru seandainya suatu saat karena tuntutan perkembangan zaman lokasi bandara dipindahkan jauh dari pusat kota Semarang.  Saat ini berbagai masalah teknis sudah terlihat, misalnya penerbangan harus ditutup untuk waktu tertentu apabila landasan tergenang air setinggi 20 cm.

Ditambah lagi kenyataan jarak yang relatif dekat dengan pusat  kota, sehingga menghambat pembangunan gedung di pusat kota. Pada  lingkungan sekitar bandara sudah banyak didirikan perumahan, antara lain Perumahan Cakrawala, Puspogiwang, dan Graha Padma. Tingkat kebisingan maksimal untuk daerah perumahan adalah 55 dB(A), tentu saja karena lokasi perumahan sangat dekat dengan bandara,  saat pesawat mendarat dan lepas landas,  kebisingan di kawasan di sekitar bandara  dapat melebihi ambang batas tersebut.
Memperpanjang Saat ini, ukuran landasan utama di Bandara A Yani 2.680 x 45 m. Berbagai maskapai penerbangan  beroperasi dengan tujuan dalam negeri, seperti Garuda Indonesia, Lion Air, Wings Air, Batavia Air, Mandala Airlines, dan Sriwijaya Air, serta ke luar negeri misalnya Garuda Indonesia dan Batavia Air (Singapura), serta Meridiana Fly (Southampton). 

Apabila dikaitkan dengan konsep metropolitan Semarang,  sudah selayaknya beberapa infrastruktur diletakkan di luar kota. Jadi, bandara bisa saja dipindahkan ke wilayah Kabupaten Kendal mengingat konsep tersebut mengacu pada sinergi  antara Pemkot Semarang dan pemkab daerah penyangga (hinterland), berdasarkan prinsip saling menunjang, mengisi, dan  mendukung.

Dengan adanya perkembangan teknologi, dimungkinkan jenis pesawat pun berkembang, dan mengandung konsekuensi perlu menambah panjang landasan pacu. Untuk lokasi baru yang tentunya masih sangat luas,  masterplan perencanaan bandara dipastikan dapat menyesuaikan  secara leluasa.

Bandara merupakan gerbang utama masuk ke ibu kota Jawa Tengah, termasuk dari kota di luar negeri. Seyogianya kualitas dan kuantitasnya perlu diperhatikan demi kemajuan kota Semarang khususnya, dan Jawa Tengah pada umumnya, tidak  hanya memikirkan jangka pendek namun harus memikirkan perkembangan bandara dalam jangka menengah dan jangka  panjang, terutama kaitannya dengan sistem pembangunan berkelanjutan. (10)

— Gagoek Hardiman, dosen Prasarana Kota Program Magister Teknik Arsitektur, Sekretaris Program Doktor Teknik Arsitektur dan Perkotaan PPs Undip
Wacana Suara Merdeka 21 September 2010