BEBERAPA hari terakhir ini, nama Mavi Marmara menjadi terkenal di dunia.  Kapal yang membawa muatan para relawan dan bantuan kemanusiaan untuk  rakyat Gaza itu diserang oleh tentara Israel di pagi buta Senin, 31 Mei  2010. Lebih dari sepuluh orang meninggal dunia dan puluhan terluka.  Mengapa kapal yang membawa penumpang sipil itu diserang Israel?  Pertanyaan sederhana ini tidak dengan sendirinya dapat dijawab dengan  sederhana pula. Ada cerita yang cukup panjang yang melatarbelakangi  kejadian tersebut. 
Bermula dari kemenangan Hamas dalam pemilihan umum (pemilu) parlemen  Palestina, Januari 2006. Dalam pemilu yang relatif bersih itu, Hamas  dapat mengalahkan Fatah yang sudah lama berkuasa di Palestina. Tetapi,  sayangnya Israel tidak mau menghormati kemenangan Hamas. Berbagai usaha  dilakukan untuk menghambat perjalanan pemerintahan Palestina di bawah  Hamas.  
Kekuatan Hamas 
Negara zionis agresor itu khawatir dengan kekuatan moral politik  Hamas. Mereka tahu Hamas mempunyai kekuatan yang luar biasa secara  moral. Memang, Hamas telah menggalang kekuatan moral dari kalangan  masyarakat paling bawah. Pembinaan dilakukan melalui ‘pengajian’  dari satu tempat ke tempat lain. Dari hari ke hari, kelompok itu semakin  banyak, yang kemudian membentuk suatu kelompok yang lebih besar.  Kelompok ‘pengajian’ akhirnya menjelma menjadi kelompok politik  besar yang dapat mengalahkan ‘saudara tuanya’, yakni Fatah.  Perkembangan Hamas tersebut akan merepotkan Israel. Mereka khawatir  pengalaman Hamas akan ditiru oleh kelompok-kelompok lain di berbagai  negara yang dapat merugikan kepentingan Israel. 
Karena Hamas sulit ditaklukkan, Israel berusaha unjuk kekuatan fisik  dengan menyerang berbagai fasilitas Palestina pada Juli 2006.  Pembangkit tenaga listrik di Gaza, kantor pemerintahan, dan juga gedung  sekolah menjadi sasaran tentara zionis. Maksud utamanya jelas ingin  melemahkan pemerintahan Hamas. Israel akan terus unjuk kekuatan di  hadapan Hamas. 
Israel yang didukung sekutunya terus berusaha menjatuhkan  pemerintahan Hamas. Mereka juga melakukan boikot bantuan kepada  Palestina. Israel sendiri membekukan dana pajak yang dipungut dari warga  Palestina. Jumlah pajak warga Palestina itu sekitar US$50 juta-US$60  juta per bulan. Sampai akhir 2006, jumlah dana pajak yang ditahan Israel  telah mencapai US$500 juta. Berbagai bantuan internasional, yang  sebelumnya digunakan untuk menopang kehidupan bangsa Palestina, diputus.  Akibatnya, pemerintahan Hamas nyaris lumpuh. Pegawai pemerintahan tidak  menerima gaji. Pelayanan kepada masyarakat yang telah lama menderita  tidak dapat dilakukan. 
Pada saat yang cukup memprihatinkan tersebut, para pendukung Hamas  dan Fatah justru bentrok. Korban berjatuhan di kedua belah pihak. Bila  kita menonton kembali kejadian Desember 2006 itu, kita akan menyaksikan  bagaimana mereka berseteru. Suara senapan otomatis terdengar di seluruh  Gaza City. Anggota Hamas menyerang sejumlah pos pemeriksaan yang  terdapat di jalan-jalan utama. Sebagian lagi berpatroli di jalan-jalan  depan pertokoan sambil menyandang senapan Kalashnikov dan membawa  granat. Demikian pula sebaliknya, pasukan Fatah memberondong Hamas. Pada  awal 2007 ada usaha penyatuan kembali Hamas dan Fatah, tetapi tidak  berhasil. 
Akhirnya pada Juni 2007 seluruh wilayah Gaza di bawah kekuasaan  Hamas, sedangkan wilayah Tepi Barat di bawah kekuasaan Fatah. Dengan  demikian, Palestina terpecah. Ironi memang. 
Israel semakin mengucilkan Gaza dengan membangun tembok pembatas.  Seluruh perbatasan dijaga ketat dan hanya beberapa pintu masuk untuk  memasok kebutuhan rakyat Gaza. Sejak saat itu, Gaza seakan menjadi  ‘penjara besar’ bagi rakyatnya. Blokade Israel begitu ketat sehingga  masyarakat Gaza berusaha mencari jalan sendiri dengan membuat  terowongan bawah tanah untuk memasukkan berbagai keperluan mereka. 
Untuk menambah penderitaan warga Gaza, tentara Israel kembali  menyerang Gaza pada Desember 2008-Januari 2009. Dengan membabi buta,  Israel merusak dan menghancurkan fasilitas publik. Gedung milik UNHCR  ikut diserang Israel. Pada waktu itu, lebih dari 1.400 penduduk Gaza  menjadi korban keganasan tentara Israel. 
Bantuan kemanusiaan 
Masyarakat dunia berusaha meringankan penderitaan rakyat Gaza.  Berbagai bantuan kemanusiaan lewat darat sulit disalurkan ke Gaza karena  Israel menolak adanya penyaluran langsung ke Gaza. Israel menginginkan  seluruh bantuan harus melalui tangan mereka. 
Untuk mengatasi hal itu, ada beberapa usaha penyaluran bantuan  kemanusiaan ke Gaza melalui laut. Tetapi usaha ini pun digagalkan oleh  Israel. Mereka menghalau kapal pembawa bantuan tersebut ke tempat asal  atau ke pelabuhan di Israel. 
Untuk mendobrak blokade itu, para aktivis kemanusiaan dunia berusaha  berkumpul untuk secara bersama-sama menuju Gaza membawa bantuan  kemanusiaan. Turki menjadi negara penting yang mengoordinasi gerakan  kemanusiaan ini. Relawan dari Indonesia bergabung dengan kapal Turki.  Ada enam kapal yang bertemu di perairan Siprus sebelum menuju ke pantai  Gaza. Diharapkan dengan jumlah relawan 750 orang dari 43 negara dan  membawa beberapa kapal sekaligus, Israel akan membiarkan bantuan itu  sampai ke Gaza dengan selamat. Para relawan akan menyerahkan bantuan  secara langsung kepada masyarakat Gaza. Relawan Indonesia, misalnya,  akan mendirikan rumah sakit untuk kepentingan rakyat Gaza. 
Ternyata Israel tetap menolak kapal bantuan kemanusiaan tersebut  merapat di pantai Gaza. Bahkan kapal Mavi Marmara diserang tentara  Israel yang mengakibatkan jatuhnya korban masyarakat sipil. Misi mulia  para relawan untuk membantu meringankan penderitaan masyarakat Gaza  telah direnggut oleh pasukan Israel. Para relawan ditangkap dan  dimasukkan ke dalam penjara. Sebagian yang terluka dirawat di rumah  sakit. Dari 12 relawan Indonesia, diberitakan ada satu orang terluka dan  11 orang lainnya ditahan oleh penguasa Israel. Dengan jelas, negara  zionis ini mempertontonkan arogansinya. 
Kenekatan Israel 
Kenekatan Israel ini paling tidak berdasarkan tiga hal. Pertama,  Israel ingin menunjukkan kepada dunia bahwa mereka benar-benar sedang  memblokade Gaza untuk memberikan tekanan kepada Hamas. Dengan blokade  yang cukup keras ini, rakyat Gaza akan semakin menderita dan akhirnya  mereka mau melakukan ’pemberontakan’ terhadap Hamas. Kedua, Israel  juga ingin mempertontonkan kepada dunia bahwa siapa pun yang berani  melawan keinginannya akan menerima balasan, termasuk diserang dan  dipenjara. Ketiga, Israel meyakini bahwa penyerangan mereka terdapat  kapal kemanusiaan hanya akan menimbulkan kecaman dan kutukan, tanpa ada  tindakan nyata yang membahayakan Israel. Mereka juga meyakini Amerika  Serikat akan berupaya melindungi kepentingan Israel. 
Bila kondisinya demikian, Israel akan terus melakukan blokade  terhadap Gaza sampai penguasa Hamas jatuh. Memang, ini sikap yang  pesimistis. Selama sistem dunia yang dianut PBB adalah ’tidak adil’,  Israel akan seenaknya sendiri. Mereka akan berbuat menuruti kemauannya  dengan mengabaikan aturan internasional. 
Oleh karena itu, untuk menekan Israel agar mau mengikuti aturan  dunia internasional, sistem dunia harus diubah atau direformasi dengan  menggunakan ’sistem berkeadilan’. Artinya, tidak ada lagi sebuah  negara yang mempunyai hak istimewa dengan veto atau sejenisnya. 
Oleh M Hamdan Basyar, (Peneliti Utama LIPI dan Direktur  Eksekutif ISMES)
Opini Media Indonesia 4 Juni 2010
03 Juni 2010
» Home » 
Media Indonesia » Mavi Marmara, Mengapa Kamu Diserang?
Mavi Marmara, Mengapa Kamu Diserang?
Thank You!