04 Mei 2010

» Home » Pikiran Rakyat » Bandung ”Bayeungyang”

Bandung ”Bayeungyang”

Oleh T. BACHTIAR

Hawa di Bandung terasa semakin bayeungyang, perasaan tidak nyaman karena hawa yang panas. Bagi yang berkendara dengan mobil pribadi yang dilengkapi pendingin udara, kenyataan ini tidaklah akan terasa, tetapi cobalah naik motor di jalanan antara pukul 9.00-16.00. Pastilah kulit yang terbuka langsung gosong. Mahasiswi yang cantik-cantik, yang ke kampus mengendarai motor, wajahnya, ujung bawah kaki dan tangan menjadi belang. Jalanan yang tak berpelindung pepohonan benar-benar dipanggang matahari. Hawa panas dari matahari semakin lengkap dengan pantulan hawa panas dari jalanan.


Bandung semakin bayeungyang sangat terasa oleh pengguna angkutan umum (angkot). Begitu angkot berhenti di lampu merah, atau menunggu penumpang di belokan, keringat langsung mengucur. Dalam keadaan demikian, penumpang angkot selama satu jam perjalanan, termasuk ngetem, kehilangan sedikitnya 1,5 liter air dari dalam tubuhnya.

Rasa bayeungyang inilah yang menyebabkan kegiatan di luar gedung akan semakin berkurang. Karena hawa di luar yang menyengat, gadis-gadis cantik takut berkeringat, yang menyebabkan bedaknya luntur. Inilah salah satu alasan mengapa semua bergegas masuk ruangan.

Padahal, pada mulanya Bandung menjadi sangat terkenal karena banyak kegiatan di luar ruangan. Bagaimana alun-alun rindang pohon beringin, jalanan rindang pohon kenari, membuat mojang Bandung merasa nyaman berjalan di luar gedung. Coba simak lagu gubahan Ismail Marzuki yang lama tinggal di Bandung:

”Hari minggu langit biru cuaca cemerlang//Kota Bandung indah permai nikmat dipandang//Pasarbaru, Alun-alun, dan Situ Aksan//riuh ramai mandi warna bunga jalan//Di situlah tempat kebaya Bandung beraksi//Bersiasat dengan lenggang yang berarti//….”

Waspadai dehidrasi!

Lingkungan Kota Bandung yang semakin rusak menyebabkan hawa terus meningkat sehingga warganya rentan terkena sengatan matahari. Kerusakan lingkungan kota telah meningkatkan suhu. Kehadiran gedung-gedung jangkung dengan segala kegiatannya menimbulkan panas yang tinggi. Kota Bandung tampaknya belum punya ketentuan tentang konversi dampak ekologis yang ditimbulkan karena kehadiran bangunan, fasilitas kota, atau kendaraan. Berapa dampak ekologis yang ditimbulkan akibat adanya pembangunan itu, lalu dikonversi dengan kewajiban menanam pohon yang rindang, tidak sekadar menanam pohon palem kurus-kering-gundul, seperti banyak ditanam di depan ruko atau komplek perumahan berlabel green saat ini, membuat sumur-sumur resapan, daur ulang air, pengelolaan limbah, material bangunan yang dipakai, dan lain-lain. Bila otoritas negara peduli kepada warga kotanya, harusnya dikonversi dengan hal yang dapat memulihkan lingkungan menjadi lebih baik.

Ketika hawa di Kota Bandung semakin tinggi, air  yang keluar melalui keringat akan semakin banyak. Kebanyakan orang dewasa mengeluarkan air antara 2,5-3 liter air per harinya dan orang yang lebih tua mengeluarkan kurang lebih 2 liter air per hari. Pengeluaran air itu akan bertambah banyak pada kondisi cuaca panas. Sebaiknya segeralah minum sebelum rasa haus itu datang, agar keseimbangan cairan dalam tubuh tetap terjaga. Inilah yang harus diwaspadai, mengingat dampak yang ditimbulkannya begitu serius, bahkan dapat menyebabkan kematian, terutama bagi anak-anak dan orang lanjut usia karena dehidrasi. Bekali anak-anak sekolah dengan air minum.

Beberapa ciri tubuh kita mengalami dehidrasi ringan di antaranya rasa haus, bibir kering, dan sakit kepala. Dehidrasi sedang dengan gejala pusing, denyut nadi meningkat, dan air seni berwarna kuning, bahkan oranye dengan bau menyengat. Gejala dehidrasi yang berat, peredaran darah memburuk, serta penurunan fungsi ginjal, dan dapat mengalami pingsan.

Mengingat dampak dehidrasi yang sangat serius, disarankan, bila bepergian di Bandung, jangan lupa membawa air minum yang cukup dan meminumnya sebelum rasa haus tiba. Fakta menunjukkan, separuh orang dewasa dan remaja di Indonesia mengalami dehidrasi ringan atau kekurangan air tubuh pada tingkat ringan. Air sama pentingnya dengan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Bila tubuh kekurangan air, sirkulasi darah akan terganggu sehingga proses peredaran oksigen, makanan, dan pembuangan sisa-sisa itu terganggu pula sehingga mempunyai risiko gangguan ginjal di kemudian hari.

Ketidakseimbangan air pada tubuh terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada pemasukan. Oleh karena itu, sangat dianjurkan mengonsumsi air sedikitnya delapan gelas per hari, terutama bagi mereka yang kurang aktivitas fisik dan manula. Bagi mereka yang beraktivitas fisik, anak-anak, dan yang berada dalam suhu atau cuaca hangat atau panas seperti Bandung saat ini, dianjurkan untuk mengonsumsi air lebih dari delapan gelas.

Karena dampaknya yang fatal, membawa air minum selama berkegiatan di Bandung harus menjadi gaya hidup sehat. Tak perlu malu!***

Penulis, anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung.
opini pikiran rakyat 05 mei 2010