21 Maret 2010

» Home » Pikiran Rakyat » Ujian Nasional, Keberhasilan Pendidikan

Ujian Nasional, Keberhasilan Pendidikan

Oleh Faiz Urfan

Sudah dapat dipastikan bahwa sebagian besar siswa sekolah menengah atas (SMA) dan sederajat yang melaksanakan Ujian Nasional (UN) pada hari pertama ini merasakan kekhawatiran terhadap hasil ujian mereka. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya persiapan yang mereka lakukan untuk menghadapi UN itu sendiri, mulai dari menambah jam belajar, mengikuti les tambahan atau bimbingan belajar, hingga beristighosah memohon pertolongan kepada Yang Mahakuasa untuk kelulusan yang mereka idam-idamkan.

Meskipun sebagian pendapat menyatakan fenomena ini timbul akibat dari ketidaksiapan peserta ujian karena pendidikan yang mereka terima belum memenuhi standar. Namun, jika dilihat dari sisi lain, UN telah meningkatkan kedewasaan dan tanggung jawab para peserta ujian sebagai seorang siswa seiring dengan rasa cemas mereka terhadap UN. Hal ini karena tujuan sebenarnya dari suatu pendidikan adalah kedewasaan dan tanggung jawab moril seperti dipaparkan Poerbawatja dan Harahap dalam Syah (2008 : 11) yang menyebutkan, pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.



Sangat jelas dari definisi itu bahwa tujuan dari pendidikan adalah kedewasaan dan tanggung jawab dari para siswa yang salah satu faktornya adalah mengikuti Ujian Nasional. Sekalipun nilai dari hasil ujian itu sendiri menentukan, tetapi itu bukanlah tujuan sebenarnya dari pendidikan. Karena Indonesia tidak hanya membutuhkan generasi penerus yang cerdas, tetapi juga dewasa dan bertanggung jawab.

Dewasa dalam hal ini adalah sadar akan semua kewajiban yang harus dilakukan dan mengerti akan hak-hak yang layak diterima dan yang tidak layak untuk diterima. Begitu juga dengan tanggung jawab, yaitu mau melakukan semua kewajiban dan menerima semua konsekuensi atas segala perbuatannya. Dengan demikian, kita tidak perlu lagi mendengar istilah ”potong satu generasi” atau ”potong dua ge-nerasi” untuk memperbaiki kondisi Indonesia sekarang. 

Masyarakat sudah terlalu banyak menerima pendapat-pendapat yang membuat mereka pesimistis. Sudah saatnya kita berpikir positif atas segala permasalahan yang kita hadapi untuk terus memajukan negara kita tercinta. Bukan saatnya lagi bagi kita untuk terus merendahkan diri di hadapan bangsa lain. Justru inilah saat yang tepat untuk menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang pantas kita banggakan dan disegani bangsa lain di dunia.

Jujur

Siswa-siswa yang berjuang mati-matian untuk lulus UN merupakan indikator meningkatnya rasa tanggung jawab mereka.  Kini pemerintah telah memberikan sedikit kelonggaran dengan adanya kesempatan mengikuti ujian ulang bagi yang belum lulus. Angin segar ini bisa dijadikan para guru selaku pendidik sebagai motivasi bagi para siswa untuk bekerja dengan jujur. Jika semua peserta ujian sudah bekerja dengan jujur, maka evaluasi dari proses belajar-mengajar oleh lembaga pendidikan pun akan mudah. Hal ini karena data kelulusan merupakan indikator kualitas dari suatu sekolah yang hanya bisa digunakan jika data yang ada merupakan data yang valid, bukan kamuflase yang diakibatkan ketidakjujuran peserta ujian. Dengan demikian, lembaga pendidikan, dalam hal ini SMA atau sederajat, bisa bercermin melihat kelebihan dan kekurangannya sendiri. Singkat kata, hanya dengan jujur, pendidikan Indonesia bisa unggul. 

Lebih jauh lagi, para siswa, guru, orang tua, dan pihak-pihak terkait lainnya, bisa menjadikan UN sebagai titik tolak pengembangan karakter bangsa dalam menghadapi era globalisasi. Bahkan, penulis berharap pemerintah bisa menaikkan standar kelulusan UN seiring dengan meningkatnya kualitas pendidikan kita. Dengan demikian, siswa-siswa SMA bisa bermain selevel dengan kelompok profesional. 

Jumlah kelulusan yang tingi dengan standar yang rendah merupakan fatamorgana yang memilukan hati. Di satu sisi, kita bangga akan kelulusan kita, tetapi di sisi lain kelulusan yang kita banggakan itu tidak berarti apa-apa. Jadi, kenaikan standar UN bukan dimaksudkan untuk mempersulit kelulusan peserta ujian, melainkan untuk menambah kapasitas mereka dalam hal ilmu pengetahuan.

Kemudahan

Allah SWT berfirman dalam Alquran surat Al-Insyirah ayat 5 dan 6, ”Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Ujian Nasional merupakan satu kesulitan yang kita hadapi saat ini, tetapi sebagai gantinya, Allah SWT memberikan tidak hanya satu, tetapi tiga kemudahan sekaligus. Guru menjadi mudah mengajar siswa, siswa menjadi mudah untuk belajar, dan pemerintah pun menjadi mudah untuk mengevaluasi pendidikan yang mereka selenggarakan. Mungkin masih ba-nyak lagi kemudahan yang Allah SWT berikan seiring dengan kesulitan ini. Akan tetapi, yang jelas Allah swt telah mengatur skenario terbaik untuk kita dalam bidang pendidikan agar pendidikan kita lebih baik lagi melalui Ujian Nasional.***

Penulis, mahasiswa Jurusan Pendidikan Geografi S-1 Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.
Opini Pikiran Rakyat 22 Maret 2010