28 September 2010

» Home » Pikiran Rakyat » PERSIS MASA DEPAN

PERSIS MASA DEPAN

Oleh LamLam Pahala
Muktamar XIV Persis yang mengangkat tema "Menegaskan Peran Persis dalam Menampilkan Wajah Islam Sebagai Rahmatan lil Alamin" merupakan muktamar yang bersejarah bagi Persis. Sebab, baru muktamar XIV inilah yang dibuka secara resmi oleh kepala negara, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Tentu pula akan menyejarah, sebab dalam muktamar kali ini Persis menawarkan gagasan pemikiran Islam yang menarik dalam kancah wacana dan isu-isu global. Islam sebagai rahmatan lil alamin merupakan gagasan cerdas yang melihat persoalan-persoalan dunia, tidak lagi melihat sisi Persis yang terkesan Jawa Barat atau Indonesia saja.
Bila dicermati secara analitis, sebenarnya kelahiran Persis lebih disebabkan dua faktor, internal dan eksternal. Dalam catatan Deliar Noer, faktor internal ini disebabkan munculnya konflik internal di tubuh al-Irsyad dan Jami`at Khair mengenai standar kehormatan kepada habaib yang keturunan Arab. Seiring dengan itu, friksi internal yang merasuki tubuh Sarekat Islam (SI) akibat paham komunisme sehingga perpecahan tak terelakkan. Faktor internal yang mengitari lahirnya Persis juga dipengaruhi diskusi-diskusi antara Haji Zamzam dan Haji Muhamad Yunus dengan teman-temanyang mengangkat isu-isu dan masalah-masalah agama yang dinukil dalam majalah al-Munir di Padang.


Faktor eksternal dipengaruhi secara signifikan oleh bacaan-bacaan di majalah al-Manar terbitan Mesir. Majalah yang dikelola sang reformis Islam Muhamad Abduh dan Rasyid Ridha ini sering mengangkat isu-isu kemerdekaan negara-negara yang dijajah oleh kolonialisme Barat. Di samping itu, diangkat pula isu-isu tentang pemikiran Islam yang menganut paradigma "kembali kepada Alquran dan Sunnah". Pemikiran ini sangat mengilhami lahirnya Persis. Wajar jika Persis getol mengopinikan "kembali kepada Alquran dan Sunnah", mengoreksi sisi kemusyrikan dan mengevaluasi cara ibadah yang berkolaborasi dengan bidah.
Ketegasan Persis dalam menyampaikan pesan keislaman, sedikit banyak dipengaruhi sosok A. Hassan, Moh. Natsir, dan Isa Anshari. A. Hassan merupakan "ideolog" Persis, figur utama dan bertanggung jawab atas orientasi khusus Persis.
Persis akan tetap dipeluk oleh umat jika mampu menerjemahkan Islam dalam kerangka modernitas. Terlebih dalam Muktamar XIV yang mengusung gagasan Islam rahmatan lil alamin, mengandung pesan bahwa Persis siap mentransformasikan pemikiran keislamannya dalam kerangka global. Konsekuensinya, Persis dituntut menyampaikan pemikiran-pemikiran cerdasnya terkait perdamaian dunia, pemanasan global (global warming), perubahan iklim (climate change), ketahanan pangan dunia, terorisme, dan isu-isu mendunia lainnya. Pola pengembangan haluan organisasi Persis ini merupakan tantangan baru bagi Persis. Ijtihad-ijtihadnya yang selama ini hanya "itu-itu juga", tentu harus dikatrol ke arah yang lebih tinggi. Dengan demikian, diharapkan ke depan Persis tidak hanya senang dengan isu-isu fikih mikronya.
Paradigma baru
Oleh karena itu, bagi ketua umum terpilih, ide dan gagasan Islam rahmatan lil alamin seyogianya menjadi paradigma baru Persis dalam mengartikulasikan pemikiran keislamannya dalam merespons tanda-tanda dan perubahan global. Cita-cita ini akan mampu terdaratkan secara baik jika berpijak pada lima pilar. Pertama, kepemimpinan yang kuat. Ini di buktikan dengan adanya terobosan-terobosan baru mengenai persoalan-persoalan dunia yang mampu menginspirasi umatnya dalam memahami wacana global. Kepemimpinan kuat dimaknai dengan adanya keputusan-keputusan yang cepat dalam menyelesaikan problem-problem keumatan. Pemimpin tidak boleh ragu-ragu, apalagi plin-plan, dalam mengeluarkan pernyataan organisasi.
Kedua, tenaga administrasi yang andal. Eksistensi organisasi sangat bergantung kepada daya organisasi dan tenaga administrasi yang akan mengoperasionalkan kepentingan organisasinya.
Ketiga, penguasaan media. Sebagus apa pun pemikiran-pemikiran organisasi jika tidak terpublikasikan dan teropinikan kepada publik, hanya akan menjadi "cerdas di atas kertas". Oleh karena itu, penguasaan media-media cetak ataupun elektronik adalah mutlak adanya. Akan terjadi perubahan yang signifikan dan masif jika kemudian penguasaan media ini dapat terkontrol secara positif.
Keempat, budgeting yang kuat. Anggaran organisasi ini sangat penting dalam menunjang terwujudnya cita-cita Islam rahmatan lil alamin. Bagaimana mungkin Islam yang mengglobal ini dapat terwujudkan dengan modal seadanya? Dunia yang tidak hanya di Indonesia, perlu adanya "kolonialisasi" pemikiran Islam ke seluruh dunia. Mendatangi beberapa negara dalam menyampaikan pesan Islam rahmatan lil alamin tentu memerlukan biaya memadai.
Kelima, jaringan organisasi yang luas. Titik-titik jaringan ini akan menjadi mitra organisasi dalam menyuarakan Islam rahmatan lil alamin. Ormas Islam yang hanya mencukupkan jaringannya di Timur Tengah, harus diperluas ke Asia hingga daratan Eropa. Kalau jaringan di berbagai negara terbentuk, implementasi Islam rahmatan lil alamin akan semakin dekat. Apalagi di saat dunia dilanda ketidakpastian ekonomi, politik, maupun keamanan, tawaran Islam rahmatan lil alamin semakin menemukan momentum.
Gagasan cerdas dalam tema Muktamar XIV ini tentunya sangat dinantikan bukan hanya oleh Indonesia, tetapi juga dunia. Cita-cita besar ini tentu sangat diharapkan dalam tataran implementasi organisasi Persis. Waktu adalah jawaban yang pasti. Wallahu a`lam. ***
Penulis, Ketua Umum Pimpinan Pusat Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (PP Hima Persis).
OPini Pikiran Rakyat 29 September 2010