06 Mei 2010

» Home » Media Indonesia » Tribute to Kartini

Tribute to Kartini

nilah sebuah konser musik untuk RA Kartini persembahan Radio Republik Indonesia.

Ibu kita Kartini, Putri sejati, Putri Indonesia, harum namanya.

Frase pembuka dari lagu Ibu Kita Kartini tak pernah pudar spiritnya dari episode perjalanan karier perempuan Indonesia. Memang, semangat Kartini sangat berperan dalam proses pengembangan jati diri perempuan Indonesia dalam berbagai bidang. Dari bidang pendidikan, seni budaya, ekonomi, teknologi sampai kuantitas perempuan yang menjadi politisi semakin bertambah di Republik Indonesia walaupun dalam skala kualitas yang berbeda. Rupanya semangat Kartini tidak hanya menyemangati kaum hawa. Semangat itu justru memberi dorongan bagi kaum pria sebagai mitra perempuan dalam melakoni hidup.


Orkes Simfoni Jakarta Radio Republik Indonesia menyajikan konser Tribute to Kartini pada April 2010 dengan menampilkan repertoar klasik standar seperti karya Beethoven Symphony No 5 in c minor opus 67 (First Movement), Johann Strauss, Voice of Spring, Maurice Ravel (Bolero), Vittorio Monti (Czardas) dilengkapi beberapa komposisi karya komponis Indonesia Mochtar Embut (Srikandi), Iben Sani Usman (Pesan Kartini) serta karya dua komponis perempuan Marusya Nainggolan (Calon Arang) dan Trisutji Kamal. Tak ketinggalan dua buah lagu operatik ciptaan Freddy Mercuri dari grup Inggris terkenal Queen, yakni Barcelona dan Bohemian Rhapsody.

Dunia musik serta perkembangannya belakangan ini banyak melibatkan kaum perempuan dari pencipta lagu, penulis lirik, pemusik, produser, pemain dalam berbagai jenis alat dari pemain drum wanita, basis, pianis, flautist, gitaris, pemain biola, cellist, sampai penyanyi yang memang didominasi kaum hawa dari jenis seriosa, keroncong, jazz, pop, blues, R and B, country dan sebagainya. Tak ketinggalan dalam progresi musik tradisi para pengrawit wanita serta sinden yang hebat dan terampil saat ini.

Khusus dalam bidang musik dan urusan tarik suara, para kaum hawa cukup mendominasi ranah industri musik. Para vokalis putri dari bidang pop (Titiek Puspa yang senior legendaris, almarhumah Upit Sarimanah, almarhumah Pranawengrum (seriosa), Ruth Sahanaya, sinden keroncong terkenal Waldjinah, Catharina W Leimena (mother of the Indonesian opera).

Para musisi perempuan misalnya pianis Iravati Soediarso, gitaris Melani Sayuti yang menetap di London, dan masih banyak lagi. Sudah selayaknya Indonesia yang populasi penduduk wanita lebih banyak daripada pria harus terus berkiprah lewat kemampuan dan kreativitasnya dalam berkarya bagi keperluan kemajuan sebuah bangsa seperti Indonesia.

Radio Republik Indonesia sebagai oase pertama bagi proses kelahiran sebuah Orkes Simfoni Jakarta sudah pasti memiliki peran penting dalam tumbuh kembangnya musik Indonesia baik musik klasik maupun musik entertainment serta dunia musik seriosa melalui Bintang Radio Indonesia yang masih terus eksis sampai sekarang. Orkes Simfoni Jakarta Radio Republik Indonesia pun tak lepas dari sentuhan jari musisi senior perempuan seperti pemain klarinet Kadarwati, pemain biola Suryati Supilin, yang setia bermain lebih dari 20 tahun.

Konser Tribute to Kartini memang diperuntukkan bagi sosok Kartini walau sebagian besar repertoar yang ditampilkan merupakan karya kaum pria yang juga menjadi sosok penting sebagai pendukung kaum perempuan dalam meniti karier menggapai cita-cita luhur di segala bidang.

Symphony no 5 in c Minor dari komponis besar dunia Ludwig van Beethoven hadir sebagai prelude pembuka konser bagi Kartini, sebuah komposisi yang menghadirkan suasana heroik, tapi tetap berkesan gagah melalui ekspresi melodi pokok yang kuat akan ritme dipadu dalam permainan dialog antara instrumen gesek/string section biola, selo, viola, kontra bas yang bersautan dan alat tiup horn, klarinet serta timpani menambah kesan megah karya sang maestro Beethoven.

Karya komponis Prancis Maurice Ravel, Bolero, sebuah orchestral piece yang diciptakan khusus untuk seorang balerina Rusia Ida Rubenstein. Komposisi ini penuh dengan frase-frase yang memiliki pola ritmik yang repetatif, tapi hadir dalam nuansa variatif lewat volume dinamika ekspresif bagai gerakan gemulai lekuk tubuh perempuan yang sedang menari.

Voice of Spring Waltz dan Emperor Waltz karya maestro musik waltz dunia, John Strauss Jr lahir di Austria (1825-1899) yang telah menciptakan 500 karya musik bentuk lagu tarian (dance music), seperti waltzes dan polka.

Gaya elegante melalui hentakan ritme merupakan karakter kuat yang menjadi stylistic kedua waltz ini. Kontras-kontras dinamika dalam permainan melodi digubah ke dalam teknik penggarapan orkestrasi yang indah membuat kedua karya ini mengalir bagai untaian melodi lyrical yang tak putus. Memang dalam dunia tarian/dansa, waltz juga menampilkan gerakan tubuh yang elegan dan langkah kaki yang dinamis, dengan kaum wanita ditopang pria sebagai pasangan menari dalam menciptakan kesatuan gerakan yang estetis, romantis, tapi tetap dinamis.

Kartini memang sosok tegar dalam menekuni pencapaian cita-cita memajukan kaum perempuan walaupun saat itu ruang lingkupnya sangat terbatas. Itu juga menjadi sumber inspirasi para komponis Indonesia baik pria maupun wanita.

Srikandi merupakan salah satu karya Mochtar Embut yang telah menciptakan banyak karya. Lagu Srikandi mengekspresikan sosok perempuan yang memiliki semangat hadir melalui nuansa bunyi melodi dan harmoni yang indah. Dilengkapi karya Iben Sani Usman, komponis asal Sumatra Barat, berjudul Pesan Kartini. Ada juga karya dua komponis perempuan Marusya Nainggolan, Calon Arang. Sebuah komposisi untuk ansambel dan narasi yang diinspirasikan dari prosa lirik tokoh perempuan Indonesia Prof Dr Toety Heraty serta narasi yang ditampilkan dengan baik oleh tokoh pendidikan dan aktris perempuan Indonesia Niniek L Karim, diwarnai dengan sentuhan tuts marimba dan belira dimainkan Lia Nugrahati, alumnus Jurusan Musik Institut Kesenian Jakarta. Karya Trisutji Kamal, Dua Malam Seribu Bulan dan Untukmu Bunda, dihadirkan untuk soprano dan orkestra, dan dinyanyikan Aning Katamsi dengan apik. Tribute to Kartini menjadi sebuah peringatan Hari Kartini April 2010 ini menjadi lebih unik dan menarik. Repertoar musik yang beragam dalam ekspresi dan kaya akan inovasi disajikan sebagai ekspresi kekaguman akan karya dan semangat juang Kartini.

Banyak karya yang sudah dihasilkan kaum wanita baik dalam skala kecil, lingkungan rumah, masyarakat sampai pada tingkat yang lebih lebar ruang lingkupnya. Wahai Ibu Kita Kartini, Putri yang mulia, sungguh besar cita-citamu bagi Indonesia.

Orkes Simfoni Jakarta Radio Republik Indonesia yang sebelumnya cukup lama jeda akhirnya mampu hadir kembali menyemarakkan perkembangan musik Indonesia khususnya di bidang musik orkestra yang sekarang sedang in/beken dan kerap tampil di layar kaca. Ini pun tak lepas dari peran sosok kreatif Parni Hadi yang berkolaborasi dengan tokoh angkasawati Radio Republik Indonesia, Niken Widyastuti, Ir Nining Supratmanto, dan Awanda Erna--melalui suaranya yang indah menggaungkan melodi dalam harmonisasi yang indah untuk para kaum perempuan di seluruh pelosok Tanah Air melalui konser Tribute to Kartini Radio Republik Indonesia--sebagai Kartini masa kini yang tak kenal lelah terus mengudara demi meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni budaya khususnya musik. Seperti semboyan 'Sekali di Udara tetap di Udara', demikian pula pesan Kartini yang akan selalu terus mengudara dan melekat di hati kaum perempuan Indonesia.

Ibu Kita Kartini, pendekar bangsa, pendekar kaumnya untuk merdeka.

Kaum perempuan Indonesia sudah selayaknya hidup dalam kemerdekaan. Merdeka meraih cita-cita. Merdeka mengenyam pendidikan yang baik. Merdeka berkarya dan berkreasi. Merdeka mendidik anak-anak bangsa menuju pencapaian kemajuan yang cemerlang. Merdeka menyanyikan melodi indah kehidupan yang penuh hentakan retorika ritme kemajuan. Merdeka mengharumkan bangsa Indonesia lewat prestasi dan karya.

Oleh Marusya NF Nainggolan, MA Pianis, komponis, dan pemerhati budaya
opini media indonesia 07 mei 2010