26 Mei 2010

» Home » Suara Merdeka » Kenal atau Dikenal Pasar

Kenal atau Dikenal Pasar

MENGUTIP kalimat jubir kepresidenan Julian A Pasha, newsticker sebuah stasiun televisi swasta Indonesia pada Selasa, 18 Mei lalu menyebutkan bahwa menteri keuangan baru, yang akan ditunjuk Presiden SBY, adalah sosok yang tidak asing lagi dan dikenal pasar. Siapa dia?

Pertanyaan itu kini terjawab, dia Agus Martowardojo. Tapi bagi rakyat saat ini jawaban apakah dia Noyo, Suto, Karto, ataupun Maruto, sosok dan bleger-nya menjadi tidak terlalu penting. Sebab itu pilihan pemilik hak prerogratif (presiden). Namun ada hal lain yang menjadi menarik ketika dipertanyakan visi dan ideologi ekonomi menteri baru tersebut, yang bisa dilihat melalui perjalanan meniti kariernya.

Persaingan bebas adalah persaingan yang memberikan kebebasan pada tiap individu untuk memenuhi pamrih/ keinginan pribadinya yang dalam bahasa ekonomi disebut self interest.


Ide dasar kebebasan individu yang sebebas-bebasnya kaum Smithian inilah yang mempertemukan kesamaan dengan self interest-nya Adam Smith. Karena itu, berdasarkan pemikiran dan teori tersebut kalau saat ini terjadi globalisasi yang berintikan pasar bebas melalui perdagangan bebas adalah sesuatu yang  wajar.

Kalau terjadi perdagangan bebas antarnegara maknanya adalah kebebasan untuk masuk ke negara lain dengan akhlak persaingan (bukan kemitraan), dengan misi kebebasan mencari keuntungan sepihak yang sebesar-besarnya dan bukan saling menguntungkan.

Pasar, menurut Swasono (2005) adalah keramaian percaturan ekonomi antara; pertama; kelompok penyandang/penguasa dana yang sering disebut dengan  taoke dana. Kedua; penguasa stok atau penimbun barang. Ketiga; spekulan, dan keempat; Rakyat awam yang daya belinya lemah. Pasar pada dasarnya adalah mekanisme lelangan karenanya hanya yang punya kekuatan/kekuasaan dan dana yang bisa memenangi lelang itu.

Dalam pandangan Swasono, ramah kepada pasar pada dasarnya adalah ramah kepada ketiga kelompok pertama sebagai pelaku utama pasar dan penentu utama pasar.

Sudah Dikenal

Jadi kalau kenal pasar  berarti juga kenal dengan aktor-aktor utama pasar.  Dikenal pasar artinya sosok baru pengganti Sri Mulyani itu adalah sosok ”yang sudah dikenal” oleh mereka para pelaku utama pasar sehingga mereka tidak perlu waswas.

Dalam pandangan Smith persaingan damai tersebut akan terjadi dengan sendirinya di lapangan karena menurutnya (1759) ”  sebagaimanapun egoisnya manusia dapat diperkirakan, ternyata pada sifat dasarnya ada prinsip-prinsip yang membuat ia senang atas terjadinya keberuntungan pada orang lain dan memberikan rasa bahagia yang diperlukan oleh mereka, meskipun ia tidak memperoleh apa-apa dari itu kecuali melihat hal yang baik itu terjadi...” (Swasono, 2005).

Sehingga menurut Edy Suandi Hamid (2010) dalam pandangan Smith sekalipun  kepentingan individual atau pribadi merupakan hal yang utama dalam kehidupan ekonomi, diasumsikan dalam perjalanannya di lapangan akan diatur sendiri oleh pasar yang akan digerakkan oleh ”tangan ajaib” sehingga memunculkan pandangan bahwa pasar bebas tetap akan menghantarkan kebersamaan dan kemakmuran bersama pada masyarakat.

Mudah-mudahan Agus Martowardojo termasuk sosok yang kenal pasar dan bukan hanya dikenal pasar. Artinya dia memahami realita pasar dan bersikap dengan keberpihakan yang jelas, menghadapi pasar dengan konsep-konsep yang mapan. Siapa yang ada di pasar dan pelaku pasar jawabannya cukup jelas. Siapa yang punya kekuatan di petanya cukup terbaca. Bahkan siapa yang bakal kalah di pasar pun  juga sangat mudah ditebak.

Nah kepada siapa Pak menteri akan berpihak? Membela yang kuat itu kebijakan yang selama ini dipandang sebagai hal biasa. Membela  yang lemah itu berat tapi luar biasa karena termasuk kebijakan langka. Semoga sikap dan tindak menteri  yang tentu saja menjadi bagian diri regulator ekonomi bangsa ini tidak seperti seorang anggota kabinet (yang mestinya tergabung dalam kelompok ekonomi) ketika menanggapi globalisasi dan pasar bebas ASEAN dengan China.

ACFTA sebagai pasar, menurut sang menteri adalah peluang positif bagi bangsa ini yang harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Sisi mana dari pasar bebas ini yang menjadi peluang positif bagi bangsa ini, khususnya rakyat kecil ? Rakyat belum siap dan memang tidak pernah dipersiapkan oleh pemerintah untuk menyongsong kehadiran globalisasi dan pasar bebas kok disuruh bersaing. (10)

— Drs Imam Munadjat SH MS, staf pengajar Unissula Semarang, peserta program doktor ekonomi Islam Unair Surabaya

Wacana Suara Merdeka 27 Mei 2010